Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Port Royal: Pelabuhan Era Bajak Laut, Kini Disulap Jadi Tempat Wisata

Kompas.com - 18/10/2020, 19:07 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

"Bayangkan sebuah kota penuh emas dengan orang-orang yang karakternya dipertanyakan dan bebas melakukan apa yang mereka inginkan. Jumlah rumah bordil, bar, dan gereja di tempat itu sama. Anda dapat bayangkan betapa keras suasana Port Royal kala itu," kata Gordon.

Namun, suatu pagi 7 Juni 1692, Port Royal dengan sendirinya berubah untuk selamanya. Sebanyak 2.000 orang tewas akibat gempa bumi besar yang menghancurkan sebagian besar kawasan itu.

Port Royal yang muncul setelah bencana itu tidak akan pernah sama dengan sebelumnya.

"Gempa bumi menghancurkan Port Royal dan daratannya, yang luasnya sekitar 52 hektare," kata Selvenious Walters, direktur teknis arkeologi di Yayasan Cagar Budaya Nasional Jamaika.

"Sekitar dua pertiganya hancur dan tenggelam di Pelabuhan Kingston. Gempa bumi menghancurkan bangunan. Banyak orang meninggal karena dinding yang runtuh. Jumlah yang tewas kira-kira lebih dari setengah populasi," ujar Walters.

Citra buruk Port Royal yang tidak diketahui orang-orang di luar Jamaika agak mengejutkan.

Baca juga: Pesawat Milik Maskapai Jamaika Mendarat Darurat, 6 Luka

Namun belakangan, sisa-sisa air bawah tanah bekas kota bajak laut itulah yang membuat eks lokasi Port Royal menakjubkan.

Berada hanya beberapa meter di bawah permukaan air di titik yang minim oksigen, reruntuhan Port Royal adalah kapsul waktu kehidupan kota pelabuhan kolonial abad ke-17.

"Ini diyakini sebagai salah satu situs warisan bawah air yang paling dilestarikan di belahan bumi ini," kata Walters.

"Dan mungkin reruntuhan ini satu-satunya di belahan dunia ini. Jadi bukan hanya demi Jamaika, tapi juga masyarakat dunia, kami sangat harus melindungi dan melestarikan warisan berharga ini," tuturnya

Kawasan yang bisa disebut sebagai 'Pompeii di Karibia' ini kini dinominasikan menjadi situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Pengakuan itu akan disambut dengan hangat oleh warga Karibia yang selama ini kurang terwakili.

Namun merujuk skandal dan jejak perdagangan budak, apakah masyarakat Jamaika akan menerima pengakuan internasional dengan perasaan campur aduk?

Baca juga: Bolt Bawa Jamaika ke Final Estafet

"Orang-orang di Port Royal selalu bangga dengan warisan mereka. Sebagian besar penduduk Jamaika adalah orang Afrika yang diperbudak yang seiring waktu menjadi pedagang terampil," kata Gordon.

"Kami berevolusi dari perbudakan, tapi kami sebenarnya menciptakan beberapa pengerajin paling terampil yang pernah ada di negara ini. Port Royal dipenuhi orang-orang seperti itu. Sebagai keturunan mereka, kami bangga dengan pencapaian kami," tuturnya.

"Ini adalah bagian yang sangat besar dari perkembangan Jamaika," kata Heather Pinnock, pimpinan Urban Development Corporation, sebuah lembaga pemerintah yang mengawasi pembangunan ulang daerah itu," tambah Gordon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com