LONDON, KOMPAS.com - Lebih dari 80 persen orang di Inggris tidak mematuhi pedoman isolasi mandiri ketika mereka memiliki gejala Covid-19 atau melakukan kontak dengan seseorang yang dites positif virus corona, sebuah penelitian menemukan.
Mayoritas juga tidak dapat mengidentifikasi gejala Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru, menurut laporan yang dilansir dari Reuters pada Jumat (25/9/2020).
Baca juga: Gara-gara Nongkrong, 2 Warga Inggris Dilarang Kerja Seumur Hidup di Singapura
Penelitian tersebut menimbulkan pertanyaan besar tentang keefektifan program Uji dan Pelacakan Inggris terhadap virus corona, karena Perdana Menteri Boris Johnson berusaha untuk membatasi peningkatan jumlah infeksi dengan pembatasan baru.
Penelitian yang dipimpin oleh King's College London tersebut menemukan bahwa hanya 18,2 persen orang yang melaporkan memiliki gejala Covid-19 dalam 7 hari terakhir, tidak meninggalkan rumah sejak gejala tersebut berkembang, dan hanya 11,9 pesen yang meminta tes Covid-19.
Baca juga: China Dituduh Pengaruhi Barbados agar Copot Ratu Inggris sebagai Kepala Negara
Ditemukan juga bahwa hanya 10,9 persen orang yang diberitahu oleh skema Tes dan Pelacakan Layanan Kesehatan Nasional (NHS), untuk isolasi mandiri setelah kontak dekat dengan kasus Covid-19 telah melakukannya selama 14 hari sesuai kebutuhan.
Pemerintah pekan lalu memberlakukan denda hingga 10.000 pounds (Rp 189,7 juta) karena melanggar aturan isolasi mandiri, dan menawarkan pembayaran tunjangan 500 pounds (Rp 9,5 juta) kepada pekerja bergaji rendah yang kehilangan pendapatan dari karantina.
Baca juga: Inggris Kirim Bukti 2 Anggota ISIS Berjuluk The Beatles, ke AS
Para peneliti mengatakan bahwa dukungan finansial untuk mengisolasi mandiri dapat mendorong kepatuhan melakukannya.
"Hasil kami menunjukkan bahwa kendala keuangan dan tanggung jawab kepedulian menghambat kepatuhan terhadap isolasi diri, berniat untuk berbagi rincian kontak dekat, dan karantina kontak," tulis mereka.
Johnson menjanjikan sistem pengujian dan pelacakan yang "mengalahkan dunia", tetapi sistem tersebut telah dirundung masalah, sering kali gagal memenuhi target untuk mencapai 80 persen kontak.
Baca juga: Polisi Tangkap Migran Ilegal yang Bersembunyi di Mobil Sepanjang Perjalanan Perancis-Inggris
Aplikasi pelacakan virus corona akhirnya diluncurkan pada Kamis (24/9/2020) setelah 4 bulan tertunda.
Sementara, alasan ketidakpatuhan isolasi mandiri berkisar dari tidak mengetahui pedoman pemerintah, hingga tidak dapat mengidentifikasi gejalanya, studi tersebut menemukan.
Hampir separuh peserta studi dapat mengidentifikasi gejala utama Covid-19 batuk, demam, dan hilangnya indra perasa atau penciuman.
Studi ini menggunakan data yang dikumpulkan antara 2 Maret dan 5 Agustus, serta didasarkan pada 42.127 tanggapan dari 31.787 peserta berusia di atas 16 tahun.
Pada Kamis, Inggris memiliki jumlah kematian tertinggi akibat pandemi Covid-19 di Eropa, yaitu 41.902.
Baca juga: Jadi Tahanan akibat Kasus Pemerkosaan, Gelar Kehormatan Inggris Harvey Weinstein Dicabut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.