Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2020, 22:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

BANGKOK, KOMPAS.com - Mempertanyakan kekuasaan Raja Thailand selama ini adalah hal yang tabu dan pelakunya bisa dikenai hukuman penjara lama, namun sekarang semakin banyak generasi muda yang menyatakan dengan terbuka penentangan terhadap monarki.

Salah seorang diantaranya adalah Panusaya Sithijirawattankul seorang mahasiswa berusia 21 tahun sekarang menjadi simbol perjuangan anak-anak di sana.

Dengan belasan ribu orang menghadiri sebuah unjuk rasa baru-baru ini tidak jauh dari Grand Palace di Bangkok, Panusaya menyampaikan protes terhadap sistem politik dan kerajaan yang ada saat ini di Thailand.

Baca juga: Plakat Menantang Raja Thailand Dicopot, Demonstran Bersumpah Akan Balas

Di depan layar besar yang memancarkan gambarnya Panusaya, akrab dipanggil Rung, berbicara dalam unjuk rasa terbesar anti-sistem kerajaan sejak tahun 2014 ketika Jenderal Prayuth Chan-O-Cha mengambil alih kekuasaan lewat kudeta.

"Kita memiliki ideologi yang sama, niat yang sama, tujuan yang sama: mengakhiri rezim Prayuth, dan melakukan reformasi terhadap kerajaan, bukankah begitu?" katanya yang disambut meriah oleh peserta unjuk rasa.

Tanpa rasa takut terhadap aturan hukum yang melarang warga menghina raja, Rung dengan suara lantang mengatakan keinginannya agar keluarga kerajaan memiliki kuasa lebih sedikit di dunia politik.

"Saya memutuskan untuk berbicara karena kalau kita tidak berani mengatakannya, perubahan tidak akan terjadi," kata Rung kepada ABC.

"Saya tidak takut masuk penjara," kata dia. Meskipun mengatakan hal tersebut, Rung bersikeras mengatakan bahwa dia tidaklah menghina kerajaan.

Baca juga: Mengenal Hukum Lese-Majeste, Lindungi Raja Thailand dari Kritikan

"Kita tidak ingin menghancurkan institusi. Usulan kami adalah reformasi, bukan revolusi."

Hukuman penjara antara tiga sampai 15 tahun mungkin bisa dijalani pegiat muda ini bila dinyatakan bersalah oleh undang-undang yang dalam bahasa Inggris disebut lese majeste law.

Beberapa orang telah ditangkap dan kemudian dibebaskan dengan jaminan berkenaan dengan protes lain selama dua bulan terakhir.

Rung mengatakan bahwa waktunya akan segera tiba.

"Saya pasti akan ditahan di satu hari nanti karena perintah penahanan sudah dikeluarkan," katanya.

"Apa yang harus saya lakukan adalah melakukan perencanaan apa yang akan saya kerjakan sebelum dan sesudah penahanan, sehingga gerakan ini tidak berhenti ketika saya atau pemimpin lain tidak ada lagi."

Baca juga: Mengapa Demonstran Mulai Berani Menantang Raja Thailand? Ini Kronologinya

Para demonstran pro-demokrasi mengibarkan bendera nasional di lapangan Sanam Luang, saat berdemo di Bangkok, Thailand, Sabtu (19/9/2020). Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan hari itu untuk mendukung para mahasiswa yang berunjuk rasa mendesak digelarnya pemilu baru dan merombak sistem kerajaan.AP PHOTO/WASON WANICHAKORN Para demonstran pro-demokrasi mengibarkan bendera nasional di lapangan Sanam Luang, saat berdemo di Bangkok, Thailand, Sabtu (19/9/2020). Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan hari itu untuk mendukung para mahasiswa yang berunjuk rasa mendesak digelarnya pemilu baru dan merombak sistem kerajaan.

"Harry Potter" dan "The Hunger Games" jadi simbol protes

Gerakan anti monarki yang dipimpin oleh para mahasiswa ini sudah mulai bergerak sejak Juli dengan beberapa unjuk rasa dilakukan tiap minggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com