"Mereka mengatakan bahwa kalau gerakan ini menentang pemerintah boleh-boleh saja, tetapi meminta saya tidak berbicara menentang kerajaan," katanya.
"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak bisa melakukan hal tersebut, karena itulah akar permasalahannya, dan kalau kita tidak menyelesaikan masalah monarki, tidak bisa menyelesaikan masalah lain. Saya harus menyebutnya."
Beberapa generasi lebih tua mendukung gerakan mahasiswa ini, kata Kanokrat Lertchoosakul dosen ilmu politik dari Chulalongkorn University di Bangkok.
Yang lain mengatakan "terkejut" bahwa para mahasiswa berani meminta bahwa "institusi yang sakral, tidak bisa disentuh dan penuh dicintai" ini harus melakukan reformasi.
"Tuntutan ini merupakan tuntutan paling radikal dalam sejarah politik Thailand," kata Dr Lertchoosakul.
"Generasi yang lebih tua tidak berani berbicara mengenai apa yang mereka pikirkan. Apakah kita suka atau benci mengenai sesuatu, kami hanya menyimpan dalam. Inilah ajaran yang kami terima dari kecil."
Baca juga: Anggota Parlemen Thailand Ini Lihat Foto Bugil di Tengah Rapat
Tidak semua warga setuju dengan pendapat para pegiat muda tersebut.
Mereka yang mendukung sistem kerajaan sudah menyampaikan kekecewaan tentang apa yang disampaikan pengunjuk rasa muda dan melakukan serangan balik dengan membuat demo tandingan.
Dalam salah satu demo terbesar pada Agustus sekitar 1.200 anggota kelompok bernama Thai Loyal membawa bendera nasional dan potret raja menunjukkan dukungan sepenuhnya terhadap monarki.
Seorang politisi ternama Warong Dechgitvigrom membentuk grup itu karena dia merasa kerajaan sedang diserang.
Baca juga: Sineenat Wongvajirapakdi, Perempuan yang Kembali Jadi Selir Raja Thailand
"Poin dari grup kami adalah untuk melindungi kerajaan dengan pengetahuan dan fakta," kata Dechgitvigrom kepada Reuters.
"Institusi kerajaan tidak memainkan peran dalam menjalankan negeri. Institusi ini memberikan dukungan moral yang merekatkan semua warga."
Thai Loyal juga menyampaikan tiga tuntutan: tidak adanya pembubaran parlemen, tindakan hukum maksimal terhadap siapa saja yang berusaha menjatuhkan kerajaan, dan perubahan konstitusi hanya bisa dilakukan lewat jalur yang sah.
"Saya ingin generasi baru menghormati negeri, agama dan monarki sama seperti yang kami lakukan, karena tanpa salah satu dari tiga unsur tersebut, negeri ini tidak akan bisa bertahan," kata Somporn Sooklert salah seorang pengunjuk rasa dari kelompok Thai Loyal.
Baca juga: Setelah Diterbangkan ke Jerman, Raja Thailand Pulihkan Gelar Selirnya
Sementara para pengunjuk rasa bersiap-siap ditahan menurut hukum di negeri itu, PM Thailand Prayuth Chan-O-Cha mengatakan Raja tidak memerintahkan agar ada penahanan.