Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan PM India Narendra Modi dan Trump di Tengah Dampak Krisis Virus Corona

Kompas.com - 17/09/2020, 21:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

NEW DELHI, KOMPAS.com - India tengah dalam krisis, dengan kondisi ekonominya hancur saat jutaan pekerjaan ambruk, dan sistem perawatan kesehatan yang rapuh telah mati-matian berupaya tangani pandemi Covid-19.

Ada lebih dari 5 juta kasus terkonfirmasi terinfeksi virus corona, India berada di urutan kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Namun, Narendra Modi, orang nomor satu India sepertinya tidak terlalu mendapat hantaman kritikan yang berarti atas krisis yang terjadi.

Jauh berbeda dengan yang terjadi pada para pemimpin populis negara lainnya, yang mendapatkan tensi tinggi secara politis terkait penangan pandemi virus corona, seperti, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Modi terpilih kembali menjadi Perdana Menteri pada tahun lalu, di periode kedua masa jabatan ia mendapatkan mandat untuk mendorong agenda nasionalis Hindu, di mana 80 persen populasinya beragama Hindu.

Melansir CNN pada Kamis (17/9/2020), Asim Ali, seorang peneliti di lembaga Center for Policy Research yang berbasis di Delhi, mengungkapkan perbedaan Modi dengan pemimpin negara lainnya di tengah rakyat yang menghadapi krisis di dalam negari.

Ali mengatakan bahwa Modi itu dipandang sebagai "mesias nasional" yang mengerjakan agenda besar untuk membentuk kembali bangsa India, dan tidak bertanggung jawab untuk urusan pemerintahan sehari-hari.

Menurutnya, itulah yang menjadi kegagalan pemerintah India hari ini.

"Modi telah mempertaruhkan perannya, yang tidak hanya sebagai pemimpin politik India, tetapi juga pemimpin sosial, moral dan spiritual, yang mengacu pada Mahatma Gandhi," kata Ali.

Selama setahun terakhir, Modi terus membuat kemajuan dalam kebijakan nasionalis Hindu, dari mencabut otonomi Jammu dan Kashmir, satu-satunya negara bagian mayoritas Muslim di India.

Baca juga: Ribuan Peziarah Yahudi Tertahan Tak Bisa Masuk Ukraina karena Virus Corona

Lalu, mendukung undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial karena menurut para kritikus mendiskriminasi Muslim.

Namun, aspirasi dalam periode kedua jabatannya untuk merevitalisasi ekonomi saat ini tampak semakin jauh dari periode sebelumnya, karena pandemi virus corona.

Dampak pandemi virus corona semakin menghantam ekonomi India, yang membuat para analis mengatakan, bahwa tidak jelas apakah pemimpin populis dapat muncul secara politik tanpa cedera.

Faktanya

Dibandingkan dengan para pemimpin dunia lainnya, seperti Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang meremehkan ancaman pandemi virus corona dan menganggapnya sebagai "flu kecil" yang menular, Modi menganggap serius virus corona sejak awal dan bertindak cepat.

Ketika dia memerintahkan lockdown nasional pada 24 Maret, negara berpenduduk 1,36 miliar itu telah melaporkan lebih dari 500 kasus virus corona dan 10 kematian karenanya.

"Anda telah melihat bagaimana negara-negara paling kuat menjadi tidak berdaya dalam menghadapi pandemi ini," kata Modi dalam pidato langsung yang disiarkan televisi dalam negeri.

Ia menyampaikan itu bersamaan saat mengumumkan tindakan lockdown, dan memperingatkan bahwa India dapat mengalami kemunduran beberapa dekade, jika wabah tidak ditangani dengan benar.

"Tidak ada cara lain untuk tetap aman dari virus corona...kita harus memutus siklus infeksi," katanya.

Menurut Ali, peneliti dari Center Policy Research, dengan mengambil tindakan drastis sejak dini, Modi menegaskan kembali citranya sebagai pemimpin yang tegas yang mampu mengambil tindakan tegas secara politik demi negara.

Ia dipandang sebagai "sosok suci yang bermaksud baik dan selalu bertindak demi kepentingan nasional yang lebih besar," kata Ali.

Baca juga: Uni Eropa Anggarkan Bantuan Dana ke Indonesia Total Rp 3,5 Triliun untuk Atasi Virus Corona

Namun, pakar kesehatan masyarakat India berbeda pendapat tentang dukungan mereka terhadap waktu dan efektivitas lockdown.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com