Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahas Sanksi Trump, Iran dan AS Akan Duel di Pengadilan Tinggi PBB

Kompas.com - 14/09/2020, 11:41 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

DEN HAAG, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan Iran akan berhadapan di pengadilan tinggi PBB pada Senin (14/9/2020), dalam putaran terakhir pembahasan sanksi terhadap Teheran yang diberlakukan lagi oleh Presiden Donald Trump.

Teheran menyeret Washington ke Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag pada 2018, setelah Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.

Diberitakan AFP, hari ini mereka akan membahas apakah pengadilan benar-benar memiliki yurisdiksi di kasus tersebut.

Baca juga: PBB: Pasokan Senjata Barat dan Iran Picu Kejahatan Perang di Yaman Selama 6 Tahun

Sebagai tambahan informasi, ICJ dibentuk setelah Perang Dunia II untuk menangani perselisihan antata negara-negara anggota PBB.

Iran mengatakan, sanksi yang diterapkan lagi oleh pemerintahan Trump melanggar "Perjanjian Persahabatan" 1955 antara kedua negara, yang ditandatangani jauh sebelum revolusi Iran 1979 memutus hubungan mereka.

Teheran meraih kemenangan awal pada Oktober 2018 ketika ICJ memerintahkan pelonggaran sanksi terhadap barang-barang pokok kemanusiaan, sebagai tindakan darurat di saat seluruh gugatan ditangani.

AS kemudian menanggapinya dengan secara resmi mengakhiri perjanjian, dan menuduh Iran memanfaatkan ICJ untuk "propaganda".

Baca juga: Tegaskan Bukan Bagian dari China, Taiwan Minta Dukungan Indonesia agar Bisa Ikut PBB

AS akan berbicara dukuan di pengadilan siang ini pukul 13.00 waktu setempat, tentang apakah hakim memiliki yurisdiksi dalam kasis tersebut, sedangkan Iran akan berbicara pada Rabu (16/9/2020).

Keputusan yang diambil dari masalah ini bisa memakan waktu beberapa bulan, sementara keputusan finalnya akan butuh waktu bertahun-tahun.

"Tangan najis"

Hubungan antara Washington dan Teheran menegang sejak revolusi Iran, dan terus memanas usai Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018.

Kesepakatan itu melibatkan 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni Inggris, China, Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat plus Jerman. Mereka sepakat membatasi program nuklir Iran.

Washington kemudian memberlakukan lagi sanksi terhadap Iran dan perusahaan-perusahaan yang terkait dengannya, terutama di sektor minyak Iran yang vital dan bank sentral.

Sementara itu perusahaan-perusahaan global besar menghentikan aktivitas mereka di Iran.

Baca juga: PBB: Bahan Dasar Produksi Nuklir Iran Capai 10 Kali Batas Kesepakatan Dunia

Teheran membawa kasus ini ke ICJ, dan sebagai tanggapan atas permintaan Iran atas apa yang disebut "tindakan sementara" ketika kasus itu diselesaikan.

Para hakim dua tahun lalu menemukan beberapa sanksi melanggar perjanjian 1955.

Pengadilan kemudian memerintahkan Washington untuk mencabut sanksi pada obat-obatan, peralatan medis, makanan, barang pertanian, dan suku cadang pesawat.

ICJ juga menangani kasus terpisah atas tawaran Teheran untuk mencairkan aset senilai 2 miliar dollar AS (Rp 29,85 triliun) yang dibekukan di AS.

Pada Februari 2019 pengadilan mengatakan kasus itu dapat dilanjutkan, dan menolak argumen AS bahwa "tangan najis" Iran, yang diduga mendukung kelompok teroris, harus mencabut gugatannya.

Baca juga: PBB Layangkan Surat Kritik untuk China Patuhi Hukum HAM Internasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com