Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Sayap Kanan AS Diduga Pasok Persenjataan ke Hamas

Kompas.com - 06/09/2020, 09:43 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

RALEIGH, KOMPAS.com - Dua pria dari gerakan sayap kanan Amerika, Boogaloo diduga mencoba memasok senjata kepada Hamas yang menyamar, untuk mengumpulkan uang.

Melansir New York Post pada Sabtu (5/9/2020), diperkirakan uang itu akan digunakan Boogaloo untuk tujuan anti-pemerintah mereka sendiri di negara bagian.

Michael Robert Solomon (30 tahun) dari North Carolina, dan Benjamin Ryan Teeter, (22 tahun) dari Minnesota, menghadapi dakwaan federal setelah jaksa menuduh mereka menawarkan diri sebagai tentara bayaran ke Hamas hanya karena mereka yakin organisasi itu anti-AS.

Baca juga: Usai Berperang 3 Minggu, Hamas dan Israel Sepakat Akhiri Baku Tembak

"Kasus ini hanya dapat dipahami sebagai contoh yang mengganggu dari pepatah lama, 'Musuh dari musuh Anda adalah teman Anda,'" kata Asisten Jaksa Agung, John C. Demers untuk Divisi Keamanan Nasional dalam sebuah pernyataan.

Para terdakwa ini dalam aksinya memasok senjata, juga diadukan telah berusaha menggunakan kekerasan terhadap polisi, pejabat pemerintah lainnya, dan properti pemerintah, sebagai bagian dari keinginan mereka menggulingkan pemerintah.

Anggota gerakan Boogaloo yang terorganisir secara longgar memiliki pandangan pro-senjata yang keras, pandangan anti-pemerintah, dan percaya bahwa mereka akan memimpin AS ke dalam perang saudara kedua.

Baca juga: Gaza Kian Membara, Israel dan Hamas Terus Adu Tembak 3 Minggu Terakhir

Solomon dan Teeter adalah bagian dari sub-kelompok yang disebut "Boojahideen".

Mereka memiliki skema aksi yang telah mereka bagikan pada Juni kepada seorang informan FBI yang menyamar dan mereka yakini sebagai Hamas, isi laporan tuduhan itu.

Keduanya membuat rencana untuk menawarkan diri mereka sebagai "tentara bayaran" bagi Hamas untuk mengumpulkan uang dan membeli kompleks pelatihan Boogaloo, menurut jaksa federal.

Baca juga: Gempur Jalur Gaza, Tank Israel Tembaki Pos-pos Hamas Semalaman

Mereka juga diduga berencana untuk memasok senjata yang "tidak dapat dilacak", dan menjadi bagian dari Hamas, serta berbagi gagasan mereka untuk menghancurkan monumen pemerintah, politisi, dan anggota media.

Penyelidikan terhadap keduanya dimulai pada Mei, ketika protes atas pembunuhan polisi terhadap George Floyd meningkat di seluruh negeri.

Seorang saksi mata telah memberi tahu FBI bahwa Solomon dan Teeter memiliki senjata dan amunisi dalam jumlah besar dan secara terbuka mendiskusikan tindakan kekerasan terhadap polisi dan institusi lain.

Baca juga: Tank Israel Serang Hamas di Jalur Gaza terkait Rusuh dan Bom Balon

“FBI berkomitmen untuk menghentikan tindakan kekerasan terhadap petugas penegak hukum atau siapa pun di komunitas kami,” kata Jill Sanborn, Asisten Direktur Divisi Kontraterorisme FBI.

Para terdakwa dalam kasus ini bersedia bekerja sama dengan Hamas, sebuah organisasi teroris asing, untuk mendapatkan uang atas potensi tindakan kekerasan di AS.

Keduanya ditahan sambil menunggu sidang penahanan yang dijadwalkan pada Rabu, 9 September mendatang.

Baca juga: Serangan Israel Melukai Anak-anak, Hamas Memberi Peringatan Balas Serang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com