Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Belarus: Insiden Alexei Navalny Keracunan telah "Dipalsukan"

Kompas.com - 04/09/2020, 20:32 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

BELARUS, KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengklaim pada Kamis (3/9/2020), bahwa pihaknya telah menyadap panggilan Jerman yang menunjukkan kasus keracunan Alexei Navalny, musuh Kremlin adalah kepalsuan.

Melansir AFP pada Kamis (3/9/2020), orang kuat Belarus itu menyampaikan kecurigaannya tentang kabar berita Navalny keracunan kepada Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin, saat sekutunya itu sedang berkunjung di ibu kota Belarus, Minsk.

Lukashenko mengatakan kepada Mishustin bahwa adanya kontak antara Berlin dan Warsawa menjunjukkan, kabar keracunannya kritikus Kremlin, Alexei Navalny telah "dipalsukan".

Baca juga: Tanggapi Kasus Navalny, OPCW Nyatakan Siap Melibatkan Diri

"Tidak ada yang meracuni Navalny," kata Lukashenko kepada Mishustin dengan poker faced selama pertemuan mereka di televisi.

"Mereka melakukannya, dalam salah satu percakapannya dikatakan, untuk mencegah (Presiden Rusia Vladimir) Putin terlibat dalam urusan Belarus," ujar presiden Belarus sejak 1994 ini.

Lukashenko tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengatakan dia akan menyerahkan transkrip ke layanan keamanan Rusia.

Baca juga: Selain Alexei Navalny, Berikut Kasus Lain yang Melibatkan Racun Saraf Novichok

Pemimpin lama Belarus berada di bawah tekanan besar dari pengunjuk rasa oposisi yang menuntut pengunduran diri Lukashenko, setelah pemilihan presiden yang disengketakan pada 9 Agustus lalu.

Puluhan ribu orang telah turun ke jalan selama berminggu-minggu dalam protes yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pemerintahan 26 tahun ini.

Klaim tentang Navalny oleh Lukashenko dapat dipahami sebagai upaya untuk menjilat Moskwa, yang telah menyuarakan dukungan untuk Lukashenko selama protes di dalam negeri Belarus.

Baca juga: Kremlin Bantah Klaim bahwa Navalny Diracun dengan Novichok

Ajudan utama Navalny, Leonid Volkov menolak klaim itu sebagai hal yang konyol, dan menuduh perdana menteri Rusia telah berperan sebagai kaki tangan "percobaan pembunuhan" dengan bermain bersama di "sirkus ini".

Jerman mengatakan pada Rabu (2/9/2020) bahwa tes membuktikan Navalny diracuni dengan Novichok, setelah dia jatuh sakit di pesawat di Siberia bulan lalu, dan akhirnya dibawa ke Berlin untuk perawatan.

Navalny (44 tahun) tetap dalam keadaan koma yang diinduksi secara artifisial, tetapi kondisinya membaik, kata dokter Jerman yang menanganinya.

Baca juga: Mengenal Novichok, Racun Saraf Era Uni Soviet yang Diduga Dipakai Meracuni Alexei Navalny

Lukashenko dan Mishustin juga mengatakan kedua belah pihak telah membuat kemajuan dalam rencana untuk mendekatkan Rusia dan Belarus.

Dalam beberapa tahun terakhir Kremlin telah mendorong integrasi ekonomi dan politik yang lebih dekat antara negara-negara bekas Soviet, tetapi Lukashenko sejauh ini menolak penyatuan langsung.

Lukashenko dan Putin akan bertemu di Moskow dalam beberapa minggu ke depan.

Baca juga: Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Diduga Diracun dengan Racun Saraf Novichok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com