Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS: Mungkinkah Joe Biden Kalahkan Trump dan Jadi Presiden?

Kompas.com - 19/08/2020, 21:43 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Namun, pada bulan Maret, Tara Reade, menuduh dia telah memaksanya dan melakukan pelecehan seksual terhadapnya 30 tahun yang lalu, ketika dia bekerja sebagai asisten staf di kantornya.

Biden membantah klaim itu dan tim kampanyenya telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan: "Hal itu tidak mungkin terjadi."

Partai Demokrat yang membela calon presiden mereka menunjukkan bahwa lebih dari selusin perempuan telah secara terbuka menuduh Presiden Trump atas berbagai insiden pelecehan seksual, tetapi dapatkah Anda benar-benar mengerdilkan insiden semacam ini menjadi sekedar permainan angka?

Baca juga: Kamala Harris: Cawapres Pilihan Joe Biden yang Bangga Berdarah India

Sejak gerakan #MeToo meletus, politisi Demokrat - termasuk Biden - bersikeras bahwa masyarakat harus percaya pada perempuan, dan setiap upaya untuk mengecilkan tuduhan terhadapnya membuat banyak aktivis sangat tidak nyaman.

Dalam sebuah wawancara di televisi, Alexandra Reade berkata: "Perwakilannya telah mengatakan hal-hal yang sangat mengerikan tentang saya dan kepada saya di media sosial.

"Dia tidak sendiri, tapi ada kemunafikan dalam kampanye yang mengatakan itu aman - itu tidak aman."

Tim kampanye Biden membantah klaim ini.

Baca juga: Kamala Harris, Cawapres Biden untuk Pilpres AS Dikenal sebagai Sosok Pendobrak

Menghindari kesalahan yang sama

Meski bermasalah di masa lalu, para pendukung Biden berharap gayanya - yang hangat dengan orang biasa - akan mencegahnya jatuh ke perangkap yang sama seperti banyak kandidat presiden dari Partai Demokrat sebelumnya.

Dia memiliki banyak pengalaman di Washington - lebih dari tiga dekade di Senat dan delapan tahun sebagai wakil presiden Obama - tetapi CV panjang semacam ini tidak selalu mengesankan pemilih.

Al Gore (delapan tahun di DPR, delapan tahun di Senat, delapan tahun sebagai wakil presiden), John Kerry (28 tahun di Senat) dan Hillary Clinton (delapan tahun sebagai ibu negara, delapan tahun di Senat) semuanya kalah dari lawan Republik yang kurang berpengalaman dalam pemilihan presiden baru-baru ini.

Penggemar Biden berharap karakternya yang lebih membumi berarti dia tidak akan mengalami nasib yang sama.

Lebih dari sekali, warga Amerika telah membuktikan bahwa mereka akan memilih kandidat yang mengklaim bahwa mereka bukan orang dalam Washington tetapi menyasar menjadi orang nomor satu di Gedung Putih untuk mengguncang kemapanan politik.

Dan itu adalah sesuatu yang hampir mustahil untuk diklaim oleh Biden, setelah menghabiskan hampir 50 tahun dalam politik tingkat atas.

Dan rekor panjangnya bisa digunakan untuk melawannya.

Baca juga: Trump Sebut Cawapres Biden, Kamala Harris, Buruk dan Licik

Sejarah panjang

Biden telah terlibat atau mengatakan sesuatu tentang setiap peristiwa besar dalam beberapa dekade terakhir, dan keputusan itu mungkin tidak terlalu bagus dalam iklim politik saat ini.

Pada 1970-an, ia memihak pihak yang mendukung segregasi di wilayah selatan Amerika dalam menentang praktik membawa anak-anak ke sekolah di lingkungan lain untuk mengintegrasikan sekolah umum secara rasial.

Ini telah berulang kali digunakan untuk menyerangnya selama kampanye ini, terutama oleh perempuan yang baru-baru ini dipilihnya sebagai pasangan wakil presiden.

Sebelum dipilih untuk mendampingi Biden, Kamala Harris menjadi pesaingnya dalam nominasi calon presiden dari Partai Demokrat - dan dalam sebuah debat dia secara brutal menyerang Biden atas aksinya bekerja sama dengan politisi yang mendukung segregasi di AS.

Partai Republik akan berupaya untuk mengulangi serangan Harris padanya selama sisa kampanye, bersama dengan pandangan menteri pertahanan Obama, Robert Gates, bahwa Biden telah "salah dalam hampir setiap kebijakan luar negeri utama dan masalah keamanan nasional selama empat dekade terakhir. ".

Ketika Anda berada dalam politik selama Biden, lawan Anda memiliki banyak amunisi untuk menyerang Anda.

Baca juga: Joe Biden Pilih Senator Kamala Harris sebagai Cawapres Melawan Trump

Calon Presiden Partai Demokrat Joe Biden AFP/GETTY IMAGES/JIM WATSON Calon Presiden Partai Demokrat Joe Biden

Tragedi keluarga

Sayangnya bagi Biden, salah satu alasan dia tampak lebih hangat daripada banyak politisi adalah karena dia tersentuh oleh satu hal yang memengaruhi kita semua - kematian.

Ketika dia bersiap untuk dilantik setelah memenangkan pemilihan Senat pertamanya, istrinya Neilia dan putrinya Naomi meninggal dalam kecelakaan mobil yang juga melukai kedua putranya, Beau dan Hunter.

Beau kemudian meninggal pada 2015 karena kanker otak. Saat itu dia berusia 46 tahun.

Kehilangan banyak orang yang dekat dengannya membuat Biden cocok dengan banyak orang Amerika - menunjukkan bahwa terlepas dari kekuatan politik dan kekayaannya, dia masih tersentuh oleh beberapa kengerian yang sama, yang mereka hadapi dalam hidup.

Tetapi sebagian dari kisah keluarganya sangat berbeda, yaitu berkaitan dengan putranya yang lain, Hunter.

Baca juga: Dukungan Barack Obama kepada Mantan Wapresnya, Joe Biden dalam Melawan Trump

Kekuasaan, korupsi dan kebohongan?

Hunter adalah seorang pengacara dan pelobi sebelum kehidupan pribadinya berputar di luar kendali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com