Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS: Mungkinkah Joe Biden Kalahkan Trump dan Jadi Presiden?

Kompas.com - 19/08/2020, 21:43 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Joe Biden secara resmi menerima nominasi Partai Demokrat sebagai kandidat presiden guna bertarung habis-habisan melawan Donald Trump dalam pemilu November mendatang.

Jika Biden menang, hal itu dapat menjadi pencapaian puncak bagi seorang pria yang dipandang oleh para pendukungnya sebagai pakar kebijakan luar negeri dengan pengalaman puluhan tahun di Washington, seorang orator yang cakap dengan pesona yang dapat menjangkau orang-orang biasa, serta pria yang dengan berani berjuang melewati tragedi pribadi yang mengerikan.

Jika dia kalah, para kritikusnya akan bertanya-tanya mengapa Partai Demokrat memilih seorang pria yang diejek sebagai sosok yang mapan, cenderung membuat kesalahan yang membuat ngeri. Sementara pasangan politiknya sendiri menggambarkan dia memiliki masalah dalam menangani masalah rasial.

Baca juga: Resmi, Joe Biden Jadi Jagoan Partai Demokrat Lawan Trump

Jadi, apakah Biden memiliki kemampuan untuk mengusir Trump dari Gedung Putih?

Pembicara cepat

Biden tidak asing dengan kampanye pemilu presiden - bahkan kampanye tahun ini adalah yang ketiga kali baginya.

Kariernya di Washington bermula pada 1973 ketika dirinya menjabat sebagai senator AS. Adapun upayanya untuk menempati Gedung Putih dimulai pada 1987 silam.

Dia bisa merayu para pemilih dengan sangat alami, tapi sekaligus bisa menjadi bom waktu, satu kalimat yang salah bisa tiba-tiba diucapkannya.

Tak ada yang tahu apakah gaya berbicaranya itu bisa menjadi aset atau beban dalam perangnya melawan Trump.

Dia pernah mengakhiri kampanye kepresidenan pertamanya bahkan sebelum dimulai akibat terbawa suasana saat berbicara di depan orang banyak.

Dalam sebuah kampanye, Biden mengklaim: "Nenek moyang saya bekerja di tambang batu bara di timur laut Pennsylvania". Dia marah karena mereka tidak pernah mendapat kesempatan dalam hidup yang layak mereka dapatkan.

Namun, faktanya, tak ada nenek moyang Biden yang menjadi penambang batu bara - dia mengambil kalimat itu (dan beberapa kalimat lain) dari pidato seorang politisi Inggris, Neil Kinnock, yang beberapa kerabatnya memang penambang batu bara.

Dan itu adalah kali pertama dari sekian banyak pernyataan kelirunya, sehingga dia dijuluki "Joe Bombs".

Baca juga: 80 Hari Jelang Pemilihan, Ini Ketakutan Terbesar Joe Biden

Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Partai Demokrat Joe Biden dan Kamala Harris tampil bersama di gym Sekolah Alexis I. DuPont di Wilmington, Delaware, Rabu siang (12/08/2020)AFP VIA GETTY IMAGES/OLIVIER DOULIERY Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Partai Demokrat Joe Biden dan Kamala Harris tampil bersama di gym Sekolah Alexis I. DuPont di Wilmington, Delaware, Rabu siang (12/08/2020)

Demikian halnya ketika dia membual tentang pengalaman politiknya pada 2012. Saat itu dia mengatakan kepada kerumunan orang: "Teman-teman, saya dapat memberi tahu Anda bahwa saya telah mengenal delapan presiden, tiga di antaranya sangat dekat," secara tidak sengaja menyiratkan bahwa dia telah berhubungan seks dengan mereka dan bukan hanya menjadi teman dekat.

Dia menjabat sebagai wakil presiden Barack Obama tetapi mungkin beruntung telah dipilih, setelah dirinya secara aneh menggambarkan Obama sebagai "orang Afrika-Amerika arus utama pertama yang pandai bicara dan cerdas dan bersih dan pria yang tampan".

Terlepas dari komentar ini, dukungan terhadap Biden di antara pemilih kulit hitam sangat tinggi selama kampanye pilpres saat ini.

Baca juga: Joe Biden dan Kamala Harris: Trump Bikin AS Compang-camping

Akan tetapi pernyataaanya dalam acara yang dipandu oleh presenter radio Charlamagne Tha God dengan cepat berubah menjadi bencana setelah dia mengklaim: "Jika Anda memiliki masalah untuk mencari tahu apakah Anda [memilih] untuk saya atau Trump, maka Anda tidak berkulit hitam, "

Pernyatannya itu memicu keramaian di media, mengakibatkan timnya berjuang mati-matian untuk meredam tuduhan bahwa dia menggantungkan suaranya pada pemilih keturunan Afrika-Amerika.

Sangat mudah untuk melihat mengapa seorang jurnalis NY Magazine menulis tahun lalu bahwa "Biden berbicara terus terang adalah sesuatu yang tampaknya difokuskan untuk dicegah dalam kampanyenya."

Orang biasa?

Namun, ada sisi lain dari keterampilan berbicaranya - dalam dunia politikus yang memuntahkan pernyataan yang dibuat dengan cermat, ia tampil sebagai orang yang nyata.

Dia mengatakan dia tidak suka membaca dari autocue, atau alat bantu baca khususnya bagi seseorang yang ingin berbicara di depan umum, dan malah berbicara dari hati.

Biden mampu membuat pawai kelas pekerja AS menjadi hiruk-pikuk dengan pidato dan turun ke kerumunan - berjabat tangan, menepuk punggung, dan mengambil foto selfie seperti bintang rock berambut perak.

"Dia seperti membawa mereka dan memeluk mereka, secara lisan, dan terkadang secara fisik," kata mantan Menteri Luar Negeri AS dan calon presiden John Kerry kepada majalah New Yorker.

"Dia adalah politikus yang sangat taktis, dan itu semua nyata. Tidak ada yang dibuat-buat. "

Tapi betapa sensitifnya dia telah menjadi masalah.

Baca juga: 5 Fakta Kamala Harris, Cawapres Joe Biden di Pilpres AS

Tudingan-tudingan

Sebanyak delapan perempuan muncul tahun lalu, menuding Biden atas sejumlah perilaku tak layak, seperti menyentuh, memeluk atau mencium, dan sejumlah media AS mempublikasikan klip suara bagaimana dia mendekati para perempuan ini di acara publik - yang kadang-kadang tampaknya termasuk mengendus rambut mereka.

Sebagai tanggapan, Biden berjanji untuk "lebih berhati-hati" dalam interaksinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com