Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hiroo Onoda, Tentara yang Baru Menyerah 29 Tahun Setelah Jepang Kalah di Perang Dunia II

Kompas.com - 17/08/2020, 07:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

TOKYO, KOMPAS.com - Tentara Jepang terakhir yang menyerahkan diri setelah kekalahan negara itu dalam Perang Dunia II adalah Hiroo Onoda.

Letnan Onoda baru menyerahkan diri pada 9 Maret 1974. Selama 29 tahun terakhir, dia bertahan di hutan Filipina.

Dalam sebuah wawancara dan tulisannya setelah kembali ke Jepang, dia berkata bahwa dia tak bisa menerima kenyataan bahwa Jepang menyerah.

Baca juga: Peringati 75 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II, Jepang Janji Tidak Ulangi Tragedi Perang

Bagi banyak orang, pandangan Onoda tampak seperti seorang fanatik. Tapi di kekaisaran Jepang, tindakannya sangat logis. Onoda telah bersumpah tidak akan pernah menyerah dan akan mati demi kaisar. Dia percaya orang-orang sebangsanya, akan melakukan hal yang sama.

Tentu saja hal itu tak terjadi. Pada 15 Agustus 1945, pemimpin Jepang, Kaisar Hirohito, melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan kaisar sebelumnya: dia menyiarkan radio. Bom atom telah menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.

Pada saat bom dijatuhkan di Nagasaki, Joseph Stalin menyatakan perang terhadap Jepang. Pasukan Soviet sudah menyapu Manchuria.

Dalam beberapa minggu mereka akan mendarat di pulau bagian utara, Hokkaido. Hirohito menerima bahwa menyerah kepada Amerika Serikat adalah pilihan terbaiknya.

Meski begitu, pidato penyerahan diri kaisar hampir tidak terjadi.

Pada pagi hari tanggal 15 Agustus, sekelompok perwira muda memimpin pasukan mereka ke halaman istana kekaisaran. Mereka mencoba mendapatkan rekaman pidato itu.

Baca juga: Trump Sebut Flu Spanyol 1917 yang Hentikan Perang Dunia II

Tidak diadili sebagai penjahat perang tapi jadi boneka

Mereka percaya bahwa Jepang masih jauh dari kalah. Pulau utama Jepang belum diserang dan pasukan Jepang dalam jumlah besar di Tiongkok sebagian besar masih belum terkalahkan.

Para perwira tidak terlalu peduli dengan korban sipil massal yang diakibatkan oleh pemboman kota-kota Jepang oleh AS. Sebaliknya mereka fokus pada satu hal: kelangsungan sistem kekaisaran. Jepang tidak boleh menuntut perdamaian sampai kaisar diamankan.

Akan tetapi para perwira muda tak berhasil menggagalkan siaran pidato kaisar. Namun mereka mendapatkan keinginan mereka -setelah menyerah, AS memutuskan Hirohito tidak akan diadili sebagai penjahat perang. Sebaliknya dia akan tetap di atas takhta, yang secara efektif menjadi boneka Amerika.

Mungkin itu adalah langkah cerdas oleh Douglas MacArthur, jenderal AS yang berkuasa Jepang hingga 1949.

MacArthur menggunakan kaisar untuk mendorong agendanya sendiri - mengubah Jepang yang konservatif menjadi demokrasi modern dengan konstitusi gaya Amerika.

Sekutu yang menang mengadili 28 pemimpin perang Jepang. Tujuh orang, termasuk Perdana Menteri Hideki Tojo, digantung.

Baca juga: Kisah Seorang Veteran Perang Dunia II yang Selesaikan Pendidikan di Usia 96 Tahun

Peringati 75 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Jepang janji tidak ulangi tragedi perang.BBC Indonesia Peringati 75 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Jepang janji tidak ulangi tragedi perang.

Tetapi yang lainnya tidak pernah dituntut. Di antara mereka adalah Pangeran Yasuhiko Asaka, paman kaisar yang juga memimpin pasukan Jepang dalam pemerkosaan terkenal di ibu kota China kala itu, Nanjing.

Membebaskan mereka dipandang oleh MacArthur sebagai kejahatan yang diperlukan. Tetapi keputusannya telah memungkinkan, bahkan mendorong, Jepang untuk menghindari perhitungan yang mendalam dengan masa lalunya.

Pria lain yang lolos dari persidangan adalah Nobusuke Kishi. Kishi memainkan peran utama dalam pendudukan Manchuria dan merupakan sekutu dekat pemimpin perang Hideki Tojo.

Baca juga: Tulisan Putin tentang Perang Dunia II, Buat AS Penasaran

Orang Amerika memutuskan untuk tidak menuntutnya. Namun, pada 1948 Kishi dibebaskan. Dia dilarang berpolitik selama pendudukan Amerika berlangsung.

Pada 1955, Kishi membantu dalam pembentukan kekuatan politik baru - Partai Demokrat Liberal. Segera dia menjadi pemimpinnya dan menjabat perdana menteri Jepang.

Rehabilitasi selesai, dan partai yang dia bantu ciptakan telah menguasai Jepang selama 65 tahun terakhir.

Putri Nobusuke Kishi menikah dengan putra dari dinasti politik kuat lainnya - seorang pria bernama Shintaro Abe.

Dia kemudian menjadi menteri luar negeri Jepang, dan menjadi ayah dari putranya yang bernama Shinzo, yang kini menjabat sebagai perdana menteri. Dinasti politik Jepang terbukti sangat tangguh.

Baca juga: 4 Medan Pertempuran Perang Dunia II

Shinzo Abe konon dekat dengan kakeknya. Kishi memiliki pengaruh besar terhadap pandangan politik Shinzo muda.

Seperti banyak sekutunya di sayap kanan, Nobusuke Kishi berpikir bahwa lolosnya dirinya dari pengadilan kejahatan perang adalah keadilan pemenang. Tujuan seumur hidupnya tetap menghapuskan konstitusi pasifis pasca perang.

Dalam pidatonya tahun 1965, Kishi menyerukan persenjataan kembali Jepang sebagai "alat untuk memberantas sepenuhnya konsekuensi dari kekalahan Jepang dan pendudukan Amerika".

Ketika para kritikus Jepang di China dan Korea mengatakan bahwa negara tersebut tidak pernah meminta maaf dengan benar atas apa yang dilakukannya selama Perang Dunia II, mereka salah.

Baca juga: Foto Nikah Waktu Perang Dunia II Raib, Nenek Ini Menangis

Hideki Tojo, PM Jepang di masa Perang Dunia II.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Hideki Tojo, PM Jepang di masa Perang Dunia II.

Kelompok baru

Jepang telah berulang kali meminta maaf. Masalahnya adalah kata-kata dan tindakan lain yang diambil oleh para politikus terkemuka Jepang. Mereka berpendapat bahwa permintaan maaf tersebut tidak sepenuhnya tulus.

Pada 1997, kelompok baru dibentuk oleh elite politik Jepang. Ini disebut Nippon Kaigi. Ini bukan perkumpulan rahasia, tetapi banyak orang Jepang tetap tidak menyadari keberadaan atau tujuannya.

Tujuan tersebut adalah untuk "menghidupkan kembali kebanggaan dan identitas nasional Jepang, yang berbasis di sekitar keluarga Kekaisaran", untuk menghapus konstitusi pasifis, untuk melembagakan penghormatan terhadap bendera nasional, lagu kebangsaan dan sejarah nasional, dan untuk membangun kekuatan militer Jepang.

Baca juga: Buku Harian Nazi Ungkap Lokasi Harta Karun Perang Dunia II, Terkubur di Bawah Istana

Anggota Nippon Kaigi terkemuka adalah Perdana Menteri Shinzo Abe, Wakil Perdana Menteri Taro Aso dan Gubernur Tokyo, Yuriko Koike.

Anggota lain dari Nippon Kaigi, hingga kematiannya, adalah Hiroo Onoda.

Ketika dia kembali ke negaranya pada pertengahan 1970, kondisi Jepang ketika itu tidak sesuai keinginannya. Dia percaya bahwa generasi pasca perang telah menjadi lunak.

Untuk suatu waktu, dia pindah ke Brasil dan tinggal di sebuah peternakan sapi. Kemudian dia kembali ke Jepang dan membuka sekolah untuk melatih anak muda Jepang dalam keterampilan yang membantunya bertahan hidup selama tiga dekade di hutan.

Ketika Hiroo Onoda meninggal pada tahun 2014 pada usia 91, juru bicara Perdana Menteri Abe sangat bersemangat dalam pidatonya. Dia tidak mengungkapkan tentang kesia-siaan atas gerilyanya yang sepi, atau menyebut tentang penduduk desa Filipina yang dia bunuh, lama setelah Jepang menyerah.

Sebaliknya, dia menggambarkan Hiroo Onoda sebagai pahlawan Jepang.

Baca juga: Saturn, Alligator yang Selamat dari Perang Dunia II, Mati di Usia 84 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com