Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Lebanon Berharap Banyak pada Penyelidikan Internasional, untuk Mengungkap Tragedi Ledakan

Kompas.com - 15/08/2020, 16:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber ABCNews

BEIRUT, KOMPAS.com - Warga Lebanon yang selamat dan kerabat para korban ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, meminta Dewan Keamanan PBB untuk melakukan penyelidikan internasional atas ledakan yang menghancurkan ibu kota mereka itu.

Ledakan dahsyat yang terjadi pada 4 Agustus lalu, yang terjadi di pelabuhan Beirut, Lebanon telah menewaskan lebih dari 175 orang, melukai sedikitnya 6.000 orang dan menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Pasca-ledakan terjadi Presiden Lebanon Michel Aoun mengerahkan penyelidikan, tapi penyelidikan yudisial Lebanon dimulai dengan perselisihan politik atas penamaan penyidik utama, ancaman militer, dan keraguan apakah panel yang ditunjuk berdasarkan garis sektarian dapat sepenuhnya netral.

Sehingga, bagi banyak orang Lebanon, bantuan penyelidikan dari pihak asing adalah harapan terbesar mereka untuk mendapatkan jawaban terpercaya atas penyelidikan ledakan mematikan tersebut, menurut laporan yang dilansir dari ABC News pada Sabtu (15/8/2020).

Keluarga korban yang tewas dan selamat pada Jumat (14/8/2020), meminta Dewan Keamanan PBB untuk penyelidikan internasional.

Sebagian, menaruh harapan mereka pada polisi forensik Perancis yang telah bergabung dalam penyelidikan FBI untuk mengambil bagian.

Kantor kejaksaan Paris mengatakan pada Jumat (14/8/2020), ada 2 hakim penyelidikan Perancis telah ditugaskan untuk menangani kasus tersebut.

Baca juga: Iran: Negara Barat Memanfaatkan Kondisi Pasca-ledakan di Lebanon

“Kami bukan pengacara atau politisi, kami adalah keluarga dan rakyat, seruan kami hari ini adalah kepada orang-orang dari komunitas internasional,” kata Paul Najjar, seorang yang selamat dari ledakan.

“Apakah dapat diterima hari ini bahwa orang-orang akan menemukan rumah mereka hancur, keluarga mereka terbunuh, harapan dan impian mereka juga terbunuh, tanpa keadilan, dalam semua impunitas?"

Seorang jaksa Lebanon pada Jumat menunda pemeriksaan mantan serta pejabat menteri keuangan dan pekerjaan umum saat ini. Menunggu surat dari penyelidik yang baru untuk ditunjuk menangani kasus tersebut, yang mengatakan dia tidak memiliki kewenangan untuk menanyai menteri.

Perdana Menteri Hassan Diab sebelum mengundurkan diri di bawah tekanan, ia telah mengajukan kasus ledakan besar tersebut ke Dewan Kehakiman Tinggi, otoritas keadilan tertinggi di Lebanon, untuk melakukan penyelidikan.

Dewan untuk penyelidikan itu sendiri beranggotakan 10 orang, 8 di antaranya ditunjuk sesuai dengan kepentingan berbagai faksi politik dan sekte agama sejalan dengan sistem pembagian kekuasaan sektarian Lebanon.

Pihak berwenang sejauh ini telah menangkap lebih dari 19 orang, termasuk kepala Departemen Bea Cukai dan pendahulunya, serta kepala pelabuhan.

Warga Lebanon mengatakan mereka ingin melihat penyelidikan terhadap pejabat tinggi yang mengetahui tentang amonium nitrat yang tersimpan selama 6 tahun tanpa standar penyimpanan dan keamanan, sehingga menyebabkan terjadinya ledakan dahsyat.

Baca juga: FBI Akan Bergabung dalam Penyelidikan Ledakan di Beirut, Lebanon

"Mereka akan menyalahkan orang-orang kecil sedangkan yang benar-benar bertanggung jawab akan lolos dari kejahatan mereka, itulah yang akan terjadi," kata Jad, seorang insinyur komputer berusia 38 tahun yang menolak untuk memberikan nama lengkapnya, sesuai dengan peraturan perusahaannya untuk tidak membahas politik.

“Jika saat ini tidak ada investigasi yang kredibel dan serius yang akan mengarah pada hukuman bagi semua orang yang bertanggung jawab atas bencana ini, selamat tinggal Lebanon. Tidak ada yang mau tinggal di negara ini lagi," katanya sambil berdiri di jembatan yang menghadap ke pelabuhan yang hancur.

Ledakan besar di Beirut telah menandai garis waktu suram dalam sejarah modern Lebanon, menambah catatan orang-orang yang telah tewas di negeri itu, mulai dari presiden, perdana menteri, serta jurnalis dan aktivis yang tak terhitung jumlahnya selama perang saudara tahun 1975-90 dan seterusnya.

Hampir tidak ada pelaku yang pernah ditangkap atau diadili, dan kebenaran selalu terkubur.

Warga Lebanon memiliki harapan besar bahwa pengadilan yang didukung PBB yang menyelidiki pembunuhan Perdana Menteri Rafik Hariri 2005, akan mengakhiri impunitas di Lebanon.

Sementara, beberapa negara menerjunkan kru pencarian dan penyelamat untuk membantu di lokasi ledakan.

Baca juga: Pejabat Iran Peringatkan Ledakan di Fasilitas Ini Bisa Lebih Besar dari Lebanon

Tim Perancis

Tim Perancis terus bergerak membantu, mengirim penyelam ke kawah bawah air, mengambil sampel bahan peledak, dan menyiapkan rekomendasi untuk hakim Perancis dan Lebanon.

Di antara polisi peradilan Perancis yang diterjunkan adalah pria dan wanita yang pernah menangani kasus tsunami 2004 di Jepang, gempa bumi 2010 di Haiti, serta serangan teror pada November 2015 dan Bastille Day di Perancis.

Paris mengirim polisi yudisial dan pada pekan ini mengirimkan hakim dari Paris, karena dua warga negara Perancis termasuk di antara yang tewas.

Hukum Perancis memberikan yurisdiksi untuk penyelidikan, jika seorang warga negara meninggal di luar negeri dalam keadaan yang dipertanyakan.

Namun, penyelidik Perancis bekerja hanya atas undangan orang Lebanon, dan isi perintah mereka dirahasiakan.

Pejabat Perancis mengatakan mereka memiliki akses yang mereka butuhkan, tetapi tidak akan mengatakan apakah penyelidikan mereka mencakup pemeriksaan saksi atau meminta dokumen.

Mereka menyerahkan temuan mereka ke Lebanon, tetapi menyimpan salinan untuk penyelidikan Perancis.

Baca juga: Soal Amonium Nitrat Miliknya yang Ditahan di Lebanon, Pemerintah Mozambik Akhirnya Berkomentar

Tim Italia

“Dalam gempa bumi, itu lebih mudah karena kita bisa mengerti...bagaimana gempa itu bergerak. Namun dalam kasus ini, kami tidak memiliki cukup elemen untuk memahami apa yang terjadi,” kata Alberto Boanini, anggota tim penyelamat Italia.

Tim telah melihat bagiannya dalam gempa dan kebakaran hutan, tetapi tidak seperti yang terjadi di pelabuhan Beirut, di mana dia mengatakan sulit untuk memahami apa yang bisa meratakan area sepenuhnya.

Tim FBI

FBI juga bergabung atas undangan otoritas Lebanon untuk membantu melakukan penyelidikan.

"Atas permintaan pemerintah Lebanon, FBI akan memberikan bantuan investigasi kepada mitra kami Lebanon, dalam penyelidikan mereka atas ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus," kata FBI, menambahkan bahwa itu bukan penyelidikan FBI.

Sebelumnya, pejabat tinggi Lebanon, termasuk Presiden Michel Aoun, telah menolak seruan untuk penyelidikan internasional, menggambarkannya sebagai "buang-buang waktu" dan memungkinkan untuk dipolitisasi pihak asing.

Kemudian, Nada Abdelsater-Abusamra, seorang pengacara yang mewakili para keluarga korban, mengatakan sebuah surat telah diserahkan pekan ini ke Dewan Keamanan PBB untuk meminta penyelidikan internasional.

"Pemerintah Lebanon menolak untuk melakukannya ...mereka mengklaim hal itu akan mempengaruhi kedaulatan Lebanon," kata Abusamra.

"Ini konyol. Satu-satunya hal yang dipengaruhi oleh penyelidikan internasional adalah posisi para penguasa ini dan para politisi ini," ujarnya.

Baca juga: Presiden Perancis Peringatkan Iran Tidak Mengintervensi Politik Lebanon

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com