Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Tolak Perpanjangan Embargo Senjata Iran, AS Mengancam Balik

Kompas.com - 15/08/2020, 08:18 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - PBB melalui Dewan Keamanan menolak resolusi Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang embargo senjata Iran.

Keputusan itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Jumat (14/8/2020). Langkah itu dinilai akan berdampak pada kesepakatan nuklir Iran.

"Gagalnya Dewan Keamanan bertindak secara tegas dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional tidak dapat dimaafkan," kata Pompeo sesaat jelang Dewan Keamanan PBB mengumumkan hasil pemungutan suara.

Baca juga: Negara Teluk Arab Sepakat, Minta PBB Perpanjang Embargo terhadap Iran

AFP memberitakan, AS kini semakin terisolasi atas Iran di Dewan Keamanan PBB sejak Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.

Embargo senjata konvensional akan berakhir pada 18 Oktober di bawah ketentuan resolusi yang menaungi kesepakatan nuklir Iran.

Resolusi itu ditandatangani pada Juli 2015 dan secara resmi dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama.

Baca juga: Dikecam karena Masih Ingin Embargo Iran, AS: Trump Punya Hak Prerogatif

Berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan oleh mantan Presiden AS Barack Obama itu, Iran berkomitmen untuk membatasi aktivitas nuklirnya guna meringankan sanksi dan mendapat keuntungan-keuntungan lainnya.

Namun sejak Trump menarik AS dan memberikan sanksi sepihak terhadap Iran, Teheran mulai bergeliat untuk menekan pencabutan sanksi.

Para sekutu Eropa AS memberikan dukungannya untuk memperpanjang embargo senjata konvensional, tetapi prioritas mereka adalah untuk mempertahankan JCPOA.

Baca juga: Pejabat Iran Peringatkan Ledakan di Fasilitas Ini Bisa Lebih Besar dari Lebanon

Resolusi yang ditawarkan AS menyerukan perpanjangan embargo terhadap Iran tanpa ada batas tertentu. Dewan Keamanan PBB menolaknya.

Para diplomat mengaku khawatir resolusi itu akan mengancam kesepakatan nuklir.

Sementara itu Iran berkata, mereka memiliki hak untuk membela diri dan berlanjutnya larangan itu akan berarti diakhirinya kesepakatan nuklir.

AS lalu mengancam akan memaksakan pengembalian sanksi PBB jika resolusi tidak diperpanjang, dengan menggunakan teknik kontroversial yang disebut "snapback".

Baca juga: Presiden Perancis Peringatkan Iran Tidak Mengintervensi Politik Lebanon

Pompeo telah menawarkan AS tetap menjadi "peserta" dalam perjanjian nuklir, seperti yang tercantum dalam resolusi 2015, dan karena itu dapat memaksa pengembalian sanksi jika melihat Iran melanggar ketentuannya.

Para sekutu Eropa bersikap skeptis tentang apakah Washington dapat memberlakukan sanksi, dan memperingatkan bahwa upaya tersebut dapat mendelegitimasi Dewan Keamanan PBB.

Menurut para pakar yang dihubungi AFP, "snapback" bisa menjerumuskan Dewan Keamanan PBB ke dalam salah satu krisis diplomatik terbesar yang pernah ada.

Baca juga: Arab Saudi Minta Sikap Tegas Internasional soal Embargo Senjata Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com