Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepekan Setelah Ledakan Dahsyat di Lebanon, Menyisakan Trauma pada Anak-anak

Kompas.com - 11/08/2020, 21:19 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

BEIRUT, KOMPAS.com - Sepekan setelah ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020), menyisakan trauma bagi para warga, khususnya anak-anak.

"Aku tidak ingin mati," itu adalah kata-kata pertama yang diteriakkan anak berusia 6 tahun, setelah ledakan dahsyat itu terjadi.

Melansir AFP pada Selasa (11/8/2020), PBB memperkirakan ada 100.000 anak Lebanon harus mengungsi sementara, akibat ledakan dahsyat sepekan lalu yang memiliki kekuatan setara gempa bumi 3,3 magnitudo.

Dahsyatnya ledakan tersebut terukur juga dari banyaknya korban tewas yang terus bertambah mencapai sedikitnya 200 orang dan 6.000 orang luka-luka.

Trauma anak-anak Lebanon tidak main-main terhadap bencana kemanusian itu, seperti yang dialami putra Hiba.

Ketika ia melihat darah di kakinya, "Dia mulai berterik, 'Bu, saya tidak ingin mati'," ujar Hiba mengenang kalimat traumatis dari anaknya berusia 6 tahun.

Baca juga: Kronologi 10 Bulan Krisis Lebanon: Ekonomi Kolaps, Demo Besar, dan Mundurnya Para Menteri

Putra Hiba juga berkata, "Ada apa dengan hidup ini? Virus corona dan ledakan!"

"Bayangkan itu! Seorang anak berusia enam tahun menanyakan pertanyaan ini," tuntut Hiba, ibu 2 anak tersebut.

Ibu berusia 35 tahun ini, meminta untuk merahasiakan nama anak-anaknya dan nama keluarga mereka, menceritakan kejadian saat itu.

Seluruh bangunan berguncang saat bencana melanda, pekan lalu. Putranya saat itu sedang duduk di sofa ruang tamu tepat di seberangnya, tiba-tiba dihujani pecahan kaca dari jendela.

"Pecahan kaca mengeliling kita," kata Hiba, adegan yang dijelaskan oleh banyak orang yang selamat.

Selama beberapa detik putranya duduk tak bergerak dan tanpa cedera di sofa.

Baca juga: Demo juga Pecah di AS, Tuntut Konjen dan Pemerintah Lebanon Mundur

Dia kemudian membawa anaknya yang tanpa alas kaki keluar ruangan melewati karpet yang penuh pecahan kaca, yang kemudian melukai kaki putranya.

"Putraku sekarang panik setiap kali mendengar suara keras," katanya.

Memendam emosi

Selain putra Hiba, adik perempuannya yang masih bayi, yang lahir 16 hari sebelum ledakan, juga sempat kehilangan kesadaran selama 20 menit.

“Butuh banyak waktu sebelum dia mulai bangun dan menangis,” kata Hiba, dirinya sendiri begitu terkejut, sehingga dia harus berjuang untuk menyusui sejak itu.

Dia mengatakan, sekarang dia selalu menjaga putranya di kamar yang dikelilingi oleh mainannya, dan menghindari untuk membawanya ke ruang tamu, di mana televisi menyiarkan peristiwa kesedihan dan kehancuran sepanjang hari.

"Aku tidak tahu apakah dia sedang menahan emosinya. Tapi, aku mencoba menghabiskan banyak waktu bersamanya kalau-kalau dia perlu menceritakan sesuatu," ujar Hiba.

Baca juga: Istana Bersejarah Berusia 160 Tahun Rusak Parah akibat Ledakan Beirut, Lebanon

UNICEF juga telah memperingatkan bahwa "anak-anak yang selamat mengalami trauma dan syok".

Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial yang menunjukkan gumpalan asap membubung dari tepi pelabuhan, hampir semua anak-anak yang sedang bermain-main awalnya, ketika mendengar suara detik-detik ledakan itu akan berkata, "Ledakan, ledakan".

Saat ledakan dahsyat menghantamnya, setiap anak juga berteriak, "Bu, aku tidak mau mati."

Di TV Lebanon, ibu dari seorang gadis berusia tiga tahun yang tewas dalam ledakan itu memberikan kesaksian emosional, di mana dia berbagi perasaan bersalahnya karena mencoba membesarkan seorang anak di negara yang disfungsional.

"Saya ingin meminta maaf kepada Alexandra, karena saya tidak membawanya keluar dari Lebanon," ujar ibu itu.

Teror malam

Badan amal Save the Children telah memperingatkan tekanan parah pada kesehatan mental anak-anak akibat ledakan itu.

Baca juga: Pejabat Keamanan Lebanon telah Memperingatkan Presiden soal Potensi Ledakan di Beirut

"Tanpa dukungan yang tepat, anak-anak mungkin menghadapi konsekuensi jangka panjang," katanya dalam sebuah pernyataan.

Anne-Sophie Dybdal, penasihat senior perlindungan anak di badan amal itu, memperingatkan tentang "kecemasan, kesulitan tidur, serangan teror malam".

"Dampaknya pada anak-anak bisa sangat dalam," katanya.

Psikolog anak Sophia Maamari mengatakan anak-anak yang mengalami trauma juga dapat mengembangkan kecemasan akan perpisahan yang dapat membuat mereka takut, seperti pergi ke kamar mandi tanpa salah satu orang tua mereka.

Psikolog menjelaskan, letupan yang keras dapat memicu ketakutan akan adanya ledakan serupa, dan beberapa anak bisa membisu sementara, atau cenderung mengisolasi diri.

Maamari berpesan agar para orang tua membuat anak-anak mereka mengetahui bahwa orang tua mereka juga merasakan takut terhadap ledakan, seperti yang mereka rasakan.

Baca juga: Eksodus Kabinet Lebanon, 5 Menteri dan PM Mundur akibat Ledakan Beirut dan Krisis Ekonomi

Itu juga merupakan salah satu tip yang Noura dapatkan secara online, ketika dia mencari informasi tentang bagaimana menangani 2 anaknya yang mengalami trauma, yang masing-masing berusia 3 dan 4 tahun.

Ibu berusia 34 tahun itu mengatakan dia telah menjelaskan kepada anak-anaknya secara rinci bagaimana dia dicengkeram rasa takut dan panik.

Putranya tertuanya segera menanggapi pengakuannya dengan mengatakan, "Itu adalah pukulan besar."

Anak bungsunya tidak menanggapi sampai keesokan harinya.

"Aku juga sangat takut," katanya, bocah lelaki itu berbisik ke telinganya begitu dia bangun.

Baca juga: Resmi, PM Lebanon Hassan Diab Mundur Buntut dari Ledakan Beirut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com