Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sepekan Setelah Ledakan Dahsyat di Lebanon, Menyisakan Trauma pada Anak-anak

BEIRUT, KOMPAS.com - Sepekan setelah ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020), menyisakan trauma bagi para warga, khususnya anak-anak.

"Aku tidak ingin mati," itu adalah kata-kata pertama yang diteriakkan anak berusia 6 tahun, setelah ledakan dahsyat itu terjadi.

Melansir AFP pada Selasa (11/8/2020), PBB memperkirakan ada 100.000 anak Lebanon harus mengungsi sementara, akibat ledakan dahsyat sepekan lalu yang memiliki kekuatan setara gempa bumi 3,3 magnitudo.

Dahsyatnya ledakan tersebut terukur juga dari banyaknya korban tewas yang terus bertambah mencapai sedikitnya 200 orang dan 6.000 orang luka-luka.

Trauma anak-anak Lebanon tidak main-main terhadap bencana kemanusian itu, seperti yang dialami putra Hiba.

Ketika ia melihat darah di kakinya, "Dia mulai berterik, 'Bu, saya tidak ingin mati'," ujar Hiba mengenang kalimat traumatis dari anaknya berusia 6 tahun.

Putra Hiba juga berkata, "Ada apa dengan hidup ini? Virus corona dan ledakan!"

"Bayangkan itu! Seorang anak berusia enam tahun menanyakan pertanyaan ini," tuntut Hiba, ibu 2 anak tersebut.

Ibu berusia 35 tahun ini, meminta untuk merahasiakan nama anak-anaknya dan nama keluarga mereka, menceritakan kejadian saat itu.

Seluruh bangunan berguncang saat bencana melanda, pekan lalu. Putranya saat itu sedang duduk di sofa ruang tamu tepat di seberangnya, tiba-tiba dihujani pecahan kaca dari jendela.

"Pecahan kaca mengeliling kita," kata Hiba, adegan yang dijelaskan oleh banyak orang yang selamat.

Selama beberapa detik putranya duduk tak bergerak dan tanpa cedera di sofa.

Dia kemudian membawa anaknya yang tanpa alas kaki keluar ruangan melewati karpet yang penuh pecahan kaca, yang kemudian melukai kaki putranya.

"Putraku sekarang panik setiap kali mendengar suara keras," katanya.

Memendam emosi

Selain putra Hiba, adik perempuannya yang masih bayi, yang lahir 16 hari sebelum ledakan, juga sempat kehilangan kesadaran selama 20 menit.

“Butuh banyak waktu sebelum dia mulai bangun dan menangis,” kata Hiba, dirinya sendiri begitu terkejut, sehingga dia harus berjuang untuk menyusui sejak itu.

Dia mengatakan, sekarang dia selalu menjaga putranya di kamar yang dikelilingi oleh mainannya, dan menghindari untuk membawanya ke ruang tamu, di mana televisi menyiarkan peristiwa kesedihan dan kehancuran sepanjang hari.

"Aku tidak tahu apakah dia sedang menahan emosinya. Tapi, aku mencoba menghabiskan banyak waktu bersamanya kalau-kalau dia perlu menceritakan sesuatu," ujar Hiba.

UNICEF juga telah memperingatkan bahwa "anak-anak yang selamat mengalami trauma dan syok".

Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial yang menunjukkan gumpalan asap membubung dari tepi pelabuhan, hampir semua anak-anak yang sedang bermain-main awalnya, ketika mendengar suara detik-detik ledakan itu akan berkata, "Ledakan, ledakan".

Saat ledakan dahsyat menghantamnya, setiap anak juga berteriak, "Bu, aku tidak mau mati."

Di TV Lebanon, ibu dari seorang gadis berusia tiga tahun yang tewas dalam ledakan itu memberikan kesaksian emosional, di mana dia berbagi perasaan bersalahnya karena mencoba membesarkan seorang anak di negara yang disfungsional.

"Saya ingin meminta maaf kepada Alexandra, karena saya tidak membawanya keluar dari Lebanon," ujar ibu itu.

Teror malam

Badan amal Save the Children telah memperingatkan tekanan parah pada kesehatan mental anak-anak akibat ledakan itu.

"Tanpa dukungan yang tepat, anak-anak mungkin menghadapi konsekuensi jangka panjang," katanya dalam sebuah pernyataan.

Anne-Sophie Dybdal, penasihat senior perlindungan anak di badan amal itu, memperingatkan tentang "kecemasan, kesulitan tidur, serangan teror malam".

"Dampaknya pada anak-anak bisa sangat dalam," katanya.

Psikolog anak Sophia Maamari mengatakan anak-anak yang mengalami trauma juga dapat mengembangkan kecemasan akan perpisahan yang dapat membuat mereka takut, seperti pergi ke kamar mandi tanpa salah satu orang tua mereka.

Psikolog menjelaskan, letupan yang keras dapat memicu ketakutan akan adanya ledakan serupa, dan beberapa anak bisa membisu sementara, atau cenderung mengisolasi diri.

Maamari berpesan agar para orang tua membuat anak-anak mereka mengetahui bahwa orang tua mereka juga merasakan takut terhadap ledakan, seperti yang mereka rasakan.

Itu juga merupakan salah satu tip yang Noura dapatkan secara online, ketika dia mencari informasi tentang bagaimana menangani 2 anaknya yang mengalami trauma, yang masing-masing berusia 3 dan 4 tahun.

Ibu berusia 34 tahun itu mengatakan dia telah menjelaskan kepada anak-anaknya secara rinci bagaimana dia dicengkeram rasa takut dan panik.

Putranya tertuanya segera menanggapi pengakuannya dengan mengatakan, "Itu adalah pukulan besar."

Anak bungsunya tidak menanggapi sampai keesokan harinya.

"Aku juga sangat takut," katanya, bocah lelaki itu berbisik ke telinganya begitu dia bangun.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/11/211933570/sepekan-setelah-ledakan-dahsyat-di-lebanon-menyisakan-trauma-pada-anak

Terkini Lainnya

 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke