Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Siap Membuat Skema Pendanaan untuk Membantu Lebanon

Kompas.com - 06/08/2020, 15:24 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Bank Dunia menyampaikan pada Rabu (5/8/2020), bahwa siap membantu pendanaan publik dan swasta yang dibutuhkan Lebanon untuk pembangunan kembali setelah hancur pasca-ledakan besar yang terjadi pada Selasa (4/8/2020).

Dalam sebuah pernyataan yang dilansir adari Reuters pada Kamis (6/8/2020), Bank Dunia juga mengatakan bahwa mereka, "juga bersedia untuk memprogram ulang sumber daya yang ada dan mengeksplorasi pembiayaan tambahan untuk mendukung pembangunan kembali kehidupan dan mata pencaharian orang-orang yang terkena dampak bencana ini."

Namun, Bank Dunia tidak menyebutkan sumber daya mana yang dapat dialihkan ke upaya pemulihan ledakan besar di Beirut, Lebanon.

Baca juga: Akibat Ledakan Besar di Lebanon 300.000 Penduduk Kehilangan Rumah

Pada Juni lalu, pemberi pinjaman pembangunan multilateral mengumumkan bahwa pihaknya akan mengalokasikan kembali 40 juta dollar AS (Rp 583,7 miliar) dari 120 juta dollar AS (Rp 1,8 triliun) dana program kesehatan yang ada untuk membantu Lebanon memerangi pandemi virus corona.

Pasca-ledakan besar yang terjadi itu, juga belum jelas mengenai kemungkinan hasil negosiasi alot antara Lebanon dnegan Dana Moneter Internasional (IMF).

Sejak Mei, IMF dan Lebanon telah mencoba untuk membuat paket dana talangan (bailout) yang lebih luas, yang bertujuan untuk membendung krisis keuangan, yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas negara, sejak perang saudara 1975-1990.

Baca juga: Australia Alokasikan Dana Sebesar 1,4 Juta Dollar AS kepada Lebanon untuk Bangkit dari Tragedi Ledakan Dahsyat

Pembicaraan itu mandeg di tengah ketidaksepakatan mengenai skala kerugian finansial dalam sistem perbankan Lebanon.

IMF belum membuat pernyataan resmi tentang bencana tersebut, selain unggahan pernyataan dari Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva di Twitter yang mengungkapkan, "kesedihan yang mendalam atas hilangnya nyawa, cedera dan kehancuran" akibat ledakan di Beirut, Lebanon.

Ledakan besar yang berpusat di Beirut, Lebanon pada Selasa kemarin, sedikitnya telah menewaskan 135 orang dan 5.000 orang luka-luka.

Baca juga: Ledakan Lebanon, Raja Salman Perintahkan Segera Kirim Bantuan Kemanusiaan

Pada pemberitaan sebelumnya, Gubernur Beirut, Marwan Abboud menyebutkan ledakan besar yang berpusat di pelabuhan Beirut, Lebanon mengakibatkan sekitar 300.000 penduduk setempat kehilangan rumah.

Melansir Al Jazeera pada Rabu (5/8/2020), nilai kerusakan rumah akibat ledakan besar itu mencapai sekitar 3-5 miliar dollar AS (Rp 43,7 triliun - Rp 72,8 triliun).

Scott Morris, seorang rekan senior di Pusata Pengembangan Global yang berbasis di Washington DC, mengatakan bahwa dukungan pendanaan untuk Lebanon pasca-bencana ledakan besar ini, kemungkinan akan kuat.

Baca juga: Pemerintah Lebanon Siapkan Dana Darurat 66 Juta Dollar AS untuk Tangani Ledakan Besar di Beirut

“Situasi ekonomi makro dan utang Lebanon akan menambah urgensi keseluruhan dari berbagai negara untuk memberi dukungan,” kata Morris, mantan pejabat pembangunan internasional Departemen Keuangan AS.

“Meskipun demikian, sangat tidak mungkin dukungan dana akan berfungsi sebagai alternatif untuk mencapai kesepakatan dengan IMF terkait dana talangan,” ujarnya.

Sementara, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Rabu (5/8/2020) menegaskan kembali komitmen AS yang "teguh" tetapi tidak spesifik untuk membantu rakyat Lebanon. Diketahui AS adalah salah satu negera selain China yang memiliki perekonomian kuat di dunia.

Baca juga: Respons Cepat, Pasca-ledakan di Beirut, Lebanon Berbagai Negara Tawarkan Bantuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com