Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswa Indonesia Hadiri Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia

Kompas.com - 24/07/2020, 21:59 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

ISTANBUL, KOMPAS.com - Shalat Jumat pertama (24/7/2020) dilaksanakan di Hagia Sophia, gedung berusia 1.500 tahun yang semula adalah katedral dengan sambutan "Allahu Akbar" (Tuhan Maha Besar) oleh masyarakat di dalam dan di luar masjid yang mengikuti ibadah pertama dalam 86 tahun terakhir.

Sekitar 1.000 orang dizinkan untuk masuk ke Hagia Sophia melalui pemeriksaan keamanan, sementara yang lainnya melakukan shalat di seputar masjid.

"Muslim sangat senang, semua orang ingin hadir di pembukaan (shalat Jumat pertama)," kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya Kamis (23/07).

Baca juga: Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia Resmi Digelar

Pada 1934, di bawah kepemimpinan Presiden Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern, setelah jatuhnya Ottoman, masjid itu dijadikan museum.

Lukisan dan ornamen Kristiani ditutup tirai dengan menggunakan mekanisme khusus selama waktu shalat tetapi tetap akan dipajang.

Gedung ini dibangun pada abad keenam sebagai katedral namun dijadikan masjid pada 1453 ketika Ottoman, biasa disebut juga dengan Kekhalifahan Utsmaniyah, di bawah Mehmed II atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul.

Cerita mahasiswa Indonesia "sambutan Allahu Akbar, terharu dan merinding"

Dua orang mahasiswa Indonesia yang mengikuti shalat Jumat di seputar Hagia Sophia adalah Darliz Aziz dan Danis Nurul.

Darliz, mahasiswa asal Aceh, yang sudah berada di seputar Hagia Sophia, beberapa jam sebelum shalat dimulai, mengatakan walau matahari cukup terik, jemaah tetap bersemangat.

Baca juga: Hagia Sophia Menjadi Masjid, Begini Sindiran Yunani ke Turki

"Saat Presiden Erdogan mengawali dengan awal surah Al-Baqarah, masyarakat menyambut dengan Allahu Akbar (Tuhan Maha Besar), bersemangat menyambut Hagia Sophia sebagai masjid," cerita Darlis.

"Saya merasakan suasana yang guyub dari masyarakat Turki, Mereka berdatangan dari seluruh provinsi yang ada di Turki dari berbagai kota. Kebetulan, saya berjumpa dengan salah satu warga Turki yang berasal dari kota Denizli atau Pamukkale sebuah kota yang eksotis pemandangannya di Kawasan Barat Daya Turki."

"Dia mengatakan mengajak keluarganya bersama untuk merayakan pengembalian status Hagia Sophia dan mereka rela menginap selama satu malam," tambah Darlis.

Baca juga: Hagia Sophia Jadi Masjid, Gereja Ortodoks Yunani Berkabung

Sementara itu, Danis Nurul, seorang mahasiswi, berjalan sekitar empat kilometer menuju Hagia Sophia bersama dengan ribuan warga lain yang berbondong-bondong menuju masjid agung ini.

"Terasa sekali warga sangat antusias, tidak hanya dari Turki, tapi banyak juga yang datang dari negara lain. Orang-orang rela berpanas-panasan, dengan menggelar sajadah di jalan," cerita Danis.

"Dari jarak sekitar satu kilometer dari masjid, orang antre melewati tenda-tenda yang disediakan untuk mengambil masker dan disinfektan," katanya lagi.

"Terharu banget bisa menyaksikan momen spesial ini, dan merinding, terutama ketika mendengar azannya," cerita Danis.

Baca juga: Hagia Sophia Menjadi Masjid, Bagaimana Nasib Gli Si Kucing?

Jemaah menunggu dimulainya shalat Jumat di luar Masjid Agung Hagia Sophia, pada Jumat (24/7/2020). Untuk pertama kalinya Hagia Sophia menggelar shalat Jumat dalam 86 tahun terakhir, usai statusnya diubah lagi menjadi masjid pada 10 Juli 2020.REUTERS/UMIT BEKTAS Jemaah menunggu dimulainya shalat Jumat di luar Masjid Agung Hagia Sophia, pada Jumat (24/7/2020). Untuk pertama kalinya Hagia Sophia menggelar shalat Jumat dalam 86 tahun terakhir, usai statusnya diubah lagi menjadi masjid pada 10 Juli 2020.

Dianjurkan memakai masker dan petugas kesehatan dikerahkan

Dalam pidato melalui televisi pada Kamis (23/7/2020), Gubernur Yerlikaya mendesak mereka yang ingin mengikuti shalat Jumat untuk membawa "masker, sajadah, serta bersabar dan memahami kondisi" untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Ia menambahkan para petugas kesehatan dikerahkan di Hagia Sophia dan seputarnya.

Menteri Agama Ali Erbas mengatakan masjid agung ini dapat menampung sekitar 1.000 orang untuk sekali shalat.

Banyak yang hadir di seputar masjid duduk di luar Hagia Sophia.

Baca juga: Ribuan Jemaah Hadiri Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia dalam 86 Tahun

Erdogan undang Paus yang "sangat sedih" karena Hagia Sophia dijadikan masjid lagi

Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an mengundang Paus Fransikus untuk menghadiri pembukaan masjid, lapor kantor berita Anadolu.

Namun sejauh ini belum ada laporan bagaimana tanggapan Paus.

Tanggal 12 Juli lalu, Paus mengatakan "sangat sedih" atas keputusan Turki menjadikan Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

Paus pernah mengunjungi Hagia Sophia dalam kunjungan ke Turki pada 2014.

Shalat Jumat pertama akan dipimpin oleh Ali Erba? ketua direktur keagamaan, lapor harian Turki Hürriyet.

Baca juga: Masuk Hagia Sophia untuk Shalat Jumat, Jemaah Diminta Pakai Masker dan Bawa Sajadah

Hürriyet melaporkan mosaik dan lukisan Kristiani akan ditutup tirai selama shalat Jumat dan waktu shalat lain.

"Mekanisme tirai yang digunakan mirip dengan yang dipakai dalam industri film," kata harian itu.

"Tidak ada satu pun paku yang akan digores di struktur beton itu," tambah Hürriyet.

Karpet yang akan dipakai untuk shalat Jumat diproduksi di Provinsi Manisa, salah satu pabrik karpet pertama di Turki, kata surat kabar itu.

"Terbuat dari bulu domba 100 persen, karpet hijau yang dipasang dengan motif Ottoman abad ke-17."

Baca juga: Adakan Shalat Jumat Pertama dalam 86 Tahun, Ini 5 Fakta Hagia Sophia

Kemenangan dalam upaya kelompok Islamis

Bagi kelompok Islamis Turki, Hagia Sophia kembali dijadikan masjid menandai mimpi lama mewujudkan kembali simbol kejayaan Ottoman.

Namun bagi pihak lain, perubahan ini dianggap kemunduran untuk salah satu gedung dengan arsitek terindah di dunia.

Dalam pidato mingguan, tanggal 12 Juli lalu, Paus Fransiskus mengatakan ia "sangat sedih".

Namun bagi Yunus Genc - salat di Hagia Sophia pada Jumat (24/07) - menandai kemenangan dalam upaya puluhan tahun oleh kelompok Islamis seperti organisasi yang dia pimpin, untuk kembali menjadikan gedung kuno ini menjadi masjid.

Organisasi Genc, Anatolian Youth Association, sebelumnya melakukan berbagai protes dan menyelenggarakan salat di luar Hagia Sophia, sementara kelompok lain melakukan upaya legal untuk menjadikan museum sebagai masjid.

Baca juga: Turki Tunjuk 3 Imam untuk Masjid Agung Hagia Sophia, Salah Satunya Profesor Hukum Islam

Kepala Direktorat Bidang Keagamaan Turki, Ali Erbas, ketika mengunjungi Hagia Sophia (Ayasofya-i Kebir Camii) dan memerhatikan para pekerja menggelar karpet di Istanbul, Turki, pada 22 Juli 2020.RELIGIOUS AFFAIRS DIRECTORATE via REUTERS Kepala Direktorat Bidang Keagamaan Turki, Ali Erbas, ketika mengunjungi Hagia Sophia (Ayasofya-i Kebir Camii) dan memerhatikan para pekerja menggelar karpet di Istanbul, Turki, pada 22 Juli 2020.

"Sultan Mehmed II membeli masjid pakai uangnya sendiri"

President Tayyip Erdogan tanggal 10 Juli lalu menetapkan gedung yang menjadi katedral selama 900 tahun itu, sebagai masjid, setelah pengadilan membatalkan status bangunan ikonik yang ditetapkan UNESCO sebagai peninggalan bersejarah.

"Kami memperjuangkan ini selama bertahun-tahun," kata Genc di depan masjid Kamis (23/07).

Kubah dan menara Hagia Sophia menandai langit Istanbul selama satu abad terakhir.

"Hagia Sophia adalah simbol dan kami, seperti Muslim lain, ingin dibuka sebagai masjid...Saat Sultan Mehmed, sang penakluk datang ke Istanbul, ia membeli Hagia Sophia dengan uangnya sendiri sebagai simbol penaklukkan dan ingin dijadikan masjid."

Baca juga: Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia dalam 86 Tahun, Ornamen Kristiani Ditutup Tirai

Kelompok yang dipimpin Genc adalah gerakan yang dibentuk oleh perdana menteri pertama Islamis Turki, Necmettin Erbakan, yang partainya, Partai AK, memimpin Turki di bawah kepemimpinan Erdogan selama 17 tahun.

Selama kepemimpinannya Erdogan membentuk ulang Turki modern yang didirikan tokoh sekuler negara itu, Mustafa Kemal Ataturk, dengan mencabut larangan memakai jilbab di depan umum, meningkatkan pendidikan keagamaan.

Di tengah kekacauan dan pemberontakan di Timur Tengah pada 2011, Erdogan juga berupaya mengangkat posisi Turki sebagai kekuatan regional dan memimpin kelompok Muslim Sunni.

Menetapkan Hagia Sophia sebagai masjid, adalah petanda ke arah "mencapai pembebasan" masjid Al-Aqsa di Yerusalem, kata Erdogan bulan ini.

Erdogan mendorong langkah mengubah Hagia Sophia menjadi masjid sebelum pemilihan daerah tahun lalu, langkah yang menyebabkan pukulan bagi Partai AK.

Para pejabat mengatakan langkah itu memenuhi keinginan mendalam masyakat di negara itu.

"Keputusan menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid adalah tuntutan lama mayoritas rakyat Turki," kata juru bicara presiden Ibrahim Kalin.

Ia mengatakan di bawah kepemimpinan Erdogan, masjid dan sinagog untuk masyarakat minoritas Kristen dan Yahudi Turki juga dibangun atau direnovasi.

Baca juga: Turki Siap Undang Paus Fransiskus ke Hagia Sophia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com