Namun ketika angka penularan mulai meningkat pada bulan Juni, Netanyahu memilih berdiam diri.
Dia baru tampil ke depan publik menjelaskan rencana pemerintah meredam gelombang kedua wabah pada 3 Juli lalu, lapor lembaga penyiaran Jerman, ARD.
“Pesta kemenangan dirayakan secara prematur,” kata Professor Arnon Afek, bekas Direktur Jendral Kementerian Kesehatan. Pelonggaran karantina dilakukan “terlalu cepat,” imbuhnya kepada DPA, Minggu (20/7).
Baca juga: Ancam Israel agar Tak Caplok Tepi Barat, Hamas Uji Coba Roket
Peta jalan damai yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Benjamin Netanyahu memberikan hak bagi Israel untuk menguasai 30 persen wilayah Tepi Barat Yordan.
Wilayah tersebut antara lain mencakup kantung pemukiman Yahudi dan sebuah lembah sepanjang sekitar 100 kilometer yang membelah Palestina dan Yordania.
Rencana itu dikecam karena diyakini ikut menamatkan riwayat solusi 2 negara. Pergeseran patok perbatasan di Tepi Barat membuat wilayah Palestina terpecah dan sepenuhnya berada di dalam wilayah Israel.
Perubahan geopolitik di Tepi Barat memberikan angin segar bagi kemunculan gagasan lain ihwal masa depan Palestina, yakni solusi satu negara dua bangsa.
Konsep tersebut menempatkan warga Israel dan Palestina dengan hak yang setara di bawah satu bendera.
Ide ini mendapatkan momentum saat kembali diusulkan oleh Peter Beinart, seorang kolumnis Yahudi di AS.
Baca juga: Mengapa Banyak Warga Yahudi Ingin Menetap di Tepi Barat?
Dia dianggap mewakili kaum muda Yahudi Amerika yang kian progresif, dan lebih kritis terhadap kebijakan Israel ketimbang generasi pendahulu.
Beinart mengajak kaum Zionis liberal agar melupakan solusi “pemisahan 2 negara, dan sebaliknya menyambut kesetaraan Palestina dan Israel,” tulisnya.
Editorial di New York Times itu dikabarkan “memicu gelombang kejut” di kalangan Yahudi AS, lapor Associated Press.
Kolumnis muda AS itu tidak sendirian. Di sisi lain, Perdana Menteri Yordania, Omar Razzaz, ikut menyuarakan dukungan bagi konsep negara binasional di antara Lembah Yordan dan laut Mediterania.
“Anda menutup pintu pada solusi dua negara, saya bisa melihat hal ini secara positif, jika kita benar-benar membuka pintu bagi solusi demokratis satu-negara” kata dia kepada harian Inggris, The Guardian, Selasa (23/7/2020).
“Saya tantang semua di Israel untuk mengatakan: Ya. Mari akhiri solusi 2 negara,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.