WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengumumkan bahwa hubungan AS dengan China masuk era baru.
Pompeo mengatakan, pemerintahan Presiden Donald Trump tidak akan lagi memperlakukan China sebagai "negara normal" dan akan menggalang dukungan dari pemerintahan negara lainnya yang memiliki pendapat yang sama.
Melansir Newsweek pada Kamis (23/7/2020), Pompeo menyampaikan hal tersebut di Perpustakaan dan Museum Kepresidenan Richard Nixon di Yorba Linda, California, untuk memperingati hubungan diplomatik presiden AS yang lalu dengan China, yang saat ini sudah berjalan hampir 50 tahun.
Pada kesempatan itu mengingatkan tentang harapan mantan presiden AS ke-37, Richard Milhous Nixon yang "mendorong perubahan" dari hubungan dingin AS dengan China.
Namun, kata Pompeo, saat ini Washington DC dan para pemimpin negara bagian lainnya semestinya tidak lagi "melanjutkan hubungan buta" dengan kompetitor utama ekonomi AS.
Baca juga: Dituduh Mata-mata oleh AS, Diplomat China Ini Sempat Bertugas di Australia
"Paradigma lama yang membutakan hubungan (bilateral) dengan China tidak akan menyelesaikan masalah. Kita tidak harus melanjutkannya (hubungan bilateral) dan kita tidak harus kembali ke sana," ujar Pompeo.
Menurut Pompeo, "Kebebasan dunia harus menang atas tirani baru ini."
Ia menyebutkan bahwa China semakin otoriter di dalam negerinya dan lebih agresif, serta bermusuhan dengan kebebasan dimana-mana.
Pompeo yang menuduh China tidak jujur dalam setiap aspek kebijakan luar negerinya, memberikan putaran baru "percaya, tetapi verifikasi," seperti ungkapan yang populer disampaikan mantan Presiden Ronald Reagan selama berurusan dengan Rusia.
Sekretaris negara mengatakan bahwa ketika datang ke Partai Komunis China, dia "tidak percaya, tetapi memverifikasi."
Baca juga: Dicegat AS, Pesawat Sipil Iran Nyaris Tabrak Jet Tempur F-15 di Suriah
Pernyataan Pompeo tersebut muncul setelah serangkaian tindakan garis keras yang diambil oleh pemerintahan Trump terhadap China, yang mana Menteri Pertahanan, Mark Esper pada pekan lalu mendefinisikan China sebagai pesaing strategis utama AS.
Ketika Pentagon meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan untuk melawan aktivitas militer China di sana, Pompeo terus mengumumkan sanksi terhadap Beijing, yang menuduhnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia serta penindasan politik.
Trump telah bersikap keras terhadap China sejak awal masa jabatannya dengan meningkatkan ketegangan melalui perang dagang yang sebagian dihentikan oleh perjanjian perdagangan fase-pertama yang dicapai pada Januari silam.
Namun, ketegangan kedua negara ini mencuat kembali ketika munculnya pandemi virus corona.
Gedung Putih menyalahkan Beijing karena salah menangani wabah, bahkan ketika pemerintahan Trump tengah terjadi krisis domestik terkait kesehatan masyarakat, resesi ekonomi, dan protes massa.
Baca juga: Tak Terima Konsulatnya di Houston Ditutup, China Balas Tutup Konsulat AS di Chengdu