ISTANBUL, KOMPAS.com - Hagia Sophia untuk pertama kalinya menggelar shalat Jumat hari ini (24/7/2020) dalam 86 tahun terakhir, setelah diubah statusnya menjadi masjid lagi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dilaporkan menghadiri langsung shalat Jumat perdana tersebut, setelah pengadilan tinggi mencabut status museum di bangunan bersejarah itu.
Pergantian status Hagia Sophia menjadi polemik belakangan ini, sampai mendapat perhatian sejumlah pemimpin dunia.
Mengapa bisa begitu dan apa sebenarnya daya tarik Hagia Sophia? Berikut adalah 5 fakta menariknya.
Baca juga: Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia dalam 86 Tahun, Ornamen Kristiani Ditutup Tirai
Bangunan ini pertama kali didirikan sebagai katedral Kristen Ortodoks antara 532-537 Masehi di bawah pemerintahan kaisar Justinian I. Kala itu Hagia Sophia dianggap sebagai bangunan Bizantium yang sangat penting.
Setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel (sekarang jadi Istanbul) pada 1453, Hagia Sophia diubah jadi masjid.
Namun bangunan itu dialihfungsikan jadi museum pada 1935, usai republik Turki modern sekuler didirikan pada 1923.
Hagia Sophia lalu masuk daftar situs warisan dunia UNESCO pada 1985.
Sampai sekarang, bangunan bersejarah ini telah menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan di Turki, yang menampung jutaan pengunjung tiap tahun. Pada 2019 contohnya, 3,8 juta orang berkunjung ke Turki.
Baca juga: Turki Tunjuk 3 Imam untuk Masjid Agung Hagia Sophia, Salah Satunya Profesor Hukum Islam
Keputusan pada 10 Juli memastikan status Hagia Sophia berubah jadi masjid lagi.
Dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan keagamaan semakin sering dihelat di dalam museum. Contohnya Erdogan yang membacakan ayat pertama Al Quran di sana pada 2018.
Pada awal 1994 ketika dia mencalonkan diri sebagai Wali Kota Istanbul, Erdogan telah berjanji untuk membuka Hagia Sophia bagi para jemaah Muslim.
Namun partai opisisi utama menuduh pemerintah memanfaatkan persoalan ini, untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari penderitaan ekonomi dan masalah lainnya selama pandemi virus corona.
Baca juga: Turki Siap Undang Paus Fransiskus ke Hagia Sophia
Para pakar mengkhawatirkan mosaik Bizantium yang menggambarkan tokoh-tokoh Kristiani di Hagia Sophia, setelah statusnya berubah jadi masjid lagi.
Akan tetapi pemerintah berusaha menjamin, bahwa ornamen-ornamen itu dilindungi.
Badan urusan agama Turki mengatakan, mosaik-mosaik itu akan ditutup dengan tirai selama shalat.
Namun di luar jam shalat ornamen-ornamen itu bisa dilihat pengunjung.
Baca juga: Gambar Kekristenan di Hagia Sophia akan Tetap Dilestarikan
Para pihak berwenang di Turki bersikeras wisatawan masih bisa mengunjungi Hagia Sophia, seperti halnya mereka bisa mendatangi Blue Mosque di dekatnya.
Erdogan juga mengatakan, bangunan itu akan tetap terbuka untuk semua orang termasuk non-Muslim.
Baca juga: Erdogan Berkunjung ke Masjid Hagia Sophia
Keputusan Turki mengubah status Hagia Sophia jadi masjid membuat hubungan negara itu dengan Barat dan rival-rivalnya seperti Yunani dan Rusia, menegang.
Sebelumnya relasi Turki-Yunani sudah panas karena kasus migrasi dan pengeboran di Mediterania timur.
Yunani menyebut tindakan itu sebagai "provokasi terbuka terhadap peradaban dunia", sedangkan Gereja Ortodoks Rusia mengatakan, Turki telah mengacuhkan "jutaan orang Kristen" dengan kebijakannya.
Amerika Serikat sebelumnya juga mendesak Turki tidak mengubah status Hagia Sophia. Paus Fransiskus pun merasa "sangat tertekan" karena perubahan itu.
Bahkan UNESCO pun menyesalkan keputusan Turki, yang "diambil tanpa pembicaraan sebelumnya."
Baca juga: Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Berjanji Hal Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.