Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strain 96,2 Persen Mirip Covid-19 Ditemukan di Tambang China pada 2013

Kompas.com - 05/07/2020, 19:41 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber The Sun

BEIJING, KOMPAS.com - Strain yang sangat mirip Covid-19 ternyata sudah ditemukan para ilmuwan China pada 2013, di sebuah tambang yang terbengkalai.

Strain ini memiliki kecocokan 96,2 persen dengan Covid-19 yang sedang mewabah saat ini.

Sampel strain tersebut dinamakan RaTG13 dan didapat dari kelelawar, yang penelitiannya diunggah Dr Shi Zhengli di jurnal Nature.

Baca juga: China Publikasi Data Genom Virus Corona di Beijing, Diduga Strain Eropa

Laporan dari The Sunday Times yang dilansir The Sun pada Minggu (5/7/2020) menyebutkan, strain yang ditemukan di tambang penuh kelelawar dan tikus itu kemudian dibawa dan disimpan selama bertahun-tahun di Institut Virologi Wuhan, China.

Penemuan strain yang sangat mirip Covid-19 ini dikatakan sebagai temuan kuat, dalam penelusuran dari mana pandemi ini bermula.

Strain tersebut ditemukan setelah 6 pria pada 2012 mengalami demam, batuk, dan radang paru-paru. Separuh dari mereka gejalanya sangat berat setelah bekerja di tambang.

Baca juga: Mungkinkah Ada Dua Strain Virus Covid-19, Satu di Antaranya Mematikan?

Laporan itu mengatakan, 4 dari 6 pria itu dinyatakan positif memiliki antibodi virus corona, tetapi 2 orang meninggal sebelum diperiksa.

Dr Shi Zhengli yang dijuluki "Wanita Kelelawar" oleh rekan-rekannya di Institut Virologi Wuhan, pada Februari ikut menulis makalah akademis tentang virus corona jenis baru.

Akan tetapi salah satu rekan lama Dr Shi menuding sampel RaTG13 itu informasinya tidak dibagikan.

Baca juga: Misteri Institut Virologi Wuhan, Sebenarnya Apa yang Dikerjakan dan Disimpan di Sana?

Kabar ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada April meyakini, bahwa Covid-19 berasal dari Institut Virologi Wuhan.

Dia menambahkan bahwa otoritas AS "memandangnya dengan sangat, sangat kuat."

"Kita akan melihat dari mana - kita akan melihat dari mana asalnya. Ada banyak teori. China bisa saja mengatakannya ke kami," ucap Trump.

Baca juga: Trump Klaim 99 Persen Kasus Covid-19 di AS Tak Berbahaya

Presiden ke-45 AS itu pada Juni juga mengumumkan, ia akan menghentikan pendanaan untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO), karena dianggapnya terlalu berpihak ke "Negeri Panda".

Namun setelah tekanan yang menerpa dari WHO baru-baru ini, China akan meluncurkan penyelidikan terhadap klaim yang menunjuk virus ini berasal dari kebocoran di lab Wuhan.

Sebagai lab terbesar di dunia yang meneliti penyakit menular, Institut Virologi Wuhan diduga telah melakukan eksperiman berisiko tinggi untuk meningkatkan infektivitas virus corona, demi memahami mekanisme yang dapat menyebabkan pandemi.

Baca juga: Institut Virologi Wuhan, Laboratorium yang Jadi Sorotan di Tengah Wabah Covid-19

The Sunday Times mengatakan, para peneliti mengumpulkan ratusan sampel virus corona dari daerah-daerah terpencil di China dan membawanya ke kota.

Namun Institut Virologi Wuhan mengklaim, eksperimen itu ditunda lantaran mereka tidak percaya strain-nya cukup dekat dengan virus SARS.

Para ilmuwan ragu yang terjadi sebenarnya berbeda dari yang diklaim lab tersebut.

"Jika Anda benar-benar merasa punya virus baru yang menyebabkan wabah yang membunuh manusia, maka Anda pasti akan melakukan sesuatu," ujar Nikolai Petrovsky dari Flinders University di Adelaide, Australia.

"Mengingat itu adalah alasan utama mereka kerja di sana, untuk menelitinya sampai tuntas, bahkan jika itu berarti menghabiskan sampel, dan kembali untuk mendapatkan lebih banyak," pungkasnya dikutip dari The Sun.

Baca juga: Tangkal Virus Corona, Pria Ini Pakai Masker Emas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com