Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel dan AS akan Caplok Tepi Barat, Sekjen PBB: Semoga Tidak Terjadi

Kompas.com - 24/06/2020, 17:55 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

TEPI BARAT, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres berharap pada Selasa (23/6/2020) bahwa Israel mau mendengar seruan global dan tidak menganeksasi beberapa wilayah Tepi Barat.

Hal itu dinilainya akan merusak solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina berkepanjangan yang telah berlangsung beberapa dekade.

Guterres mengatakan, PBB telah konsisten menyampaikan bahwa "pencaplokan (aneksasi) tidak hanya akan melanggar undang-undang internasional namun juga menjadi faktor utama terciptanya kerusuhan di wilayah."

Baca juga: Jika Israel Caplok Tepi Barat, Palestina Akan Umumkan Kemerdekaan

Pada rapat Dewan Keamanan PBB tingkat tinggi yang diselenggarakan Rabu (24/6/2020) Guterres mengangkat topik utama rencana Israel dan AS dalam menganeksasi 30 persen wilayah Tepi Barat di Palestina.

Guterres akan berbicara di hadapan pengarahan dari Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit dan Koordinator Khusus PBB untuk Timteng, Nickolay Mladenov.

Ada pun Perancis yang memegang kursi kepresidenan PBB bulan ini mengatakan belasan Menteri Luar Negeri diperkirakan akan hadir bersama dengan Menteri Luar Negeri Palestina dan Duta Besar Israel untuk PBB.

Baca juga: Rencana Pencaplokan Tepi Barat, Palestina Ancam Batalkan Perjanjian dengan AS dan Israel

Israel telah menduduki wilayah Tepi Barat dari Yordania pada 1967 dalam Perang Timur Tengah dan telah membangun puluhan hunian yang kini menjadi perumahan bagi hampir 500.000 warga Israel. 

Wilayah itu kini diklaim secara formal sebagai teritorial Israel karena oposisi internasional yang ketat.

Sementara itu, warga Palestina yang didukung oleh masyarakat internasional memandang teritorial yang diklaim itu sebagai jantung utama masa depan negara mereka.

Baca juga: PM Israel Ingin Pemerintahan Barunya Duduki Tepi Barat

Banyak dari komunitas internasional mempertimbangkan bahwa penempatan Israel di Tepi Barat merupakan hal yang ilegal di bawah undang-undang internasional.

Pemerintahan Trump telah mengambil keputusan yang lebih lembut daripada pendahulunya. Dengan prospek pemilihan Trump yang tidak pasti pada November mendatang, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berupaya lebih cepat terkait aneksasi.

Langkah sepihak semacam itu akan menghancurkan harapan Palestina untuk mendirikan negara merdeka yang layak.

Baca juga: Legalisasi Pemukiman Israel di Tepi Barat Ditolak Mahkamah Agung Israel

Upaya sepihak itu juga tentu saja ditentang keras oleh warga Palestina, negara-negara Arab dan sebagian besar negara lain di dunia.

Guterres mengatakan aneksasi "akan merusak apa yang saya percaya dibutuhkan, yang merupakan solusi dua negara di mana Israel dan Palestina dapat hidup bersama dalam damai, saling menghormati, dan menjamin keamanan satu sama lain."

"Saya berharap pendapat ini yang bukan hanya milik saya namun juga menggema di seluruh dunia, sehingga akan didengar oleh otoritas Israel dan bahwa aneksasi tidak akan terjadi pada 1 Juli," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com