"Tidak ada kegagalan di sini - ini adalah alasan utama mengapa kami melakukan uji klinis," tulisnya di Twitter.
"Bahkan obat-obatan aman tidak dapat dikonsumsi dengan dosis 10 kali," lanjutnya.
Baca juga: AS Janjikan Vaksin Virus Corona Bakal Dibagikan ke Seluruh Dunia
Dia juga bersikeras, meski sangat sakit tetapi sakitnya tidak "mengancam jiwa".
"Itu semua sudah berakhir, dan aku kembali ke pelatihan marathon."
Bahkan setelah sakitnya, dia mengatakan tetap "sangat optimis" tentang prospek vaksin virus corona ini.
"Vaksin adalah obat terpenting yang kita miliki. Penting untuk mengujinya dengan cermat - yang mana sedang dilakukan di sini."
"Apa yang aku alami tidak sebanding dengan yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, atau kesakitan karena kehilangan orang yang dicintai akibat pandemi," ungkapnya.
Baca juga: Lab China Racik Obat Covid-19, Klaim Lebih Cepat dan Efisien dari Vaksin
Dilansir dari New York Post, penelitian ini dilakukan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, dengan menguji 45 pasien antara usia 18-55 tahun.
Hasil awal menunjukkan obat menciptakan tingkat antibodi yang sama atau melebihi pasien-pasien sembuh Covid-19.
CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Bloomberg bahwa hasilnya "sangat baik".
Hingga berita ini diunggah, Modernya belum menanggapi wawancara Haydon.
Baca juga: China Bersumpah Vaksin Corona Akan Jadi Barang Publik Global
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.