Meski justru menjadi sakit, ia mengaku masih "sangat optimis" tentang potensi vaksin virus corona tersebut.
Ian Haydon (29) merupakan satu dari empat relawan yang bereaksi buruk terhadap vaksin virus corona buatan Moderna.
Pria yang berprofesi manajer di Seattle itu mengatakan kepada STAT News, ia mulai menggigil beberapa jam setelah pulang dari uji coba dosis keduanya.
Saat bangun tidur di keesokan paginya pada Rabu (27/5/2020), Haydon mengalami demam 39,5 derajat Celcius.
Ia merasa mual dan tubuhnya sakit, sehingga pacarnya menelepon pusat bantuan dari penelitian itu. Mereka lalu mengikuti saran untuk pergi ke perawatan darurat, dan sampai di sana pukul 5 pagi, katanya kepada STAT.
Haydon mengatakan, dia menolak dibawa ke rumah sakit setempat, dan sebaliknya pulang ke rumah untuk beristirahat dengan meminum Tylenol, merek obat paracetamol.
Setelah tidur beberapa jam, suhu badannya masih 38,6 derajat Celcius. Haydon menceritakan dia sangat mual dan akhirnya muntah di kamar mandi.
Dia kemudian pingsan saat kembali ke kamar tidur. Beruntung pacarnya sigap menolongnya, dan kepala Haydon terhindar dari benturan dengan lantai.
Mereka lalu menelepon dokter di penelitian itu lagi untuk kedua kalinya, lalu memutuskan tinggal di rumah dan beristirahat. Malam itu, demam Haydon akhirnya turun.
Haydon sempat menyembunyikan apa yang dialaminya, saat diwawancarai CNN, dengan menyebut "melalui hal-hal berat selama 24 jam."
Dia khawatir jika menceritakan pengalamannya, itu akan memicu ketakutan orang-orang.
"Aku tahu kalau aku berbagi cerita, itu akan menakutkan beberapa orang," katanya kepada STAT News.
"Aku harap itu tidak memicu segala pertentangan terhadap vaksin pada umumnya termasuk vaksin ini."
Haydon melanjutkan, dia menerima dosis tertinggi dari percobaan itu - salah satunya 10 kali lebih kuat dari yang lain - dan dia telah diberitahu "tidak akan diuji coba lagi."
"Tidak ada kegagalan di sini - ini adalah alasan utama mengapa kami melakukan uji klinis," tulisnya di Twitter.
"Bahkan obat-obatan aman tidak dapat dikonsumsi dengan dosis 10 kali," lanjutnya.
Dia juga bersikeras, meski sangat sakit tetapi sakitnya tidak "mengancam jiwa".
"Itu semua sudah berakhir, dan aku kembali ke pelatihan marathon."
Bahkan setelah sakitnya, dia mengatakan tetap "sangat optimis" tentang prospek vaksin virus corona ini.
"Vaksin adalah obat terpenting yang kita miliki. Penting untuk mengujinya dengan cermat - yang mana sedang dilakukan di sini."
"Apa yang aku alami tidak sebanding dengan yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, atau kesakitan karena kehilangan orang yang dicintai akibat pandemi," ungkapnya.
Dilansir dari New York Post, penelitian ini dilakukan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, dengan menguji 45 pasien antara usia 18-55 tahun.
Hasil awal menunjukkan obat menciptakan tingkat antibodi yang sama atau melebihi pasien-pasien sembuh Covid-19.
CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Bloomberg bahwa hasilnya "sangat baik".
Hingga berita ini diunggah, Modernya belum menanggapi wawancara Haydon.
https://www.kompas.com/global/read/2020/05/28/114430170/ikut-uji-coba-vaksin-covid-19-relawan-as-demam-tinggi-mual-lalu-pingsan