Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Tak Catatkan Kasus Virus Corona untuk Pertama Kalinya, Ini Peringatan PM China

Kompas.com - 23/05/2020, 14:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya sejak mulai melaporkan data virus corona sejak Januari, China tidak melaporkan adanya kasus.

Laporan ini terjadi sehari, setelah Perdana Menteri Li Keqisng merayakan bahwa mereka sudah meraup "pencapaian besar" dalam melawan wabah.

Virus corona ini pertama kali terdeteksi di Wuhan pada akhir Desember 2019. Kemudian pada Januari, sebagian kota di China terkena lockdown.

Baca juga: Menulis Buku Harian Selama Lockdown Covid-19 di Wuhan, Penulis Ini Tuai Kemarahan China

Kemudian sejak puncaknya pada pertengahan Februari, kasusnya mulai berkurang secara dramatis, dengan penanganan yang dilakukan nampaknya membuahkan hasil.

Laporan kematian total dari negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa itu berada di angka 4.634. Jauh di bawah negara yang lebih kecil dari mereka.

Keraguan pun muncul akan laporan yang dipaparkan Beijing, dengan AS terus mempertanyakan berapa banyak informasi yang diberikan negara itu kepada dunia.

Pencapaian itu terjadi setelah Kongres Rakyat Nasional dibuka, dengan PM Li Keqisng menyebut negaranya mendapat "pencapaian besar".

Dikutip AFP Sabtu (23/5/2020), meski begitu, Li menekankan bahwa wabah Covid-19 belum selesai seraya menyatakan mereka harus meminimalkan kerugian karena wabah.

Mengutip adanya "ketidakseimbangan" di depan, Li menahan diri dengan tidak mengumumkan pertumbuhan ekonomi Negeri "Panda" pada 2020.

Baca juga: Dituding Trump Lakukan Pembunuhan Massal, Ini Jawaban China

Dengan menahan untuk tak mengumumkan pertumbuhan ekonomi, Li mengatakan mereka akan terfokus kepada stabilitas tenaga kerja dan memastikan hajat hidup orang banyak.

Otoritas di Wuhan menuai kritik karena membungkam dokter yang memberi peringatan, dan berungkali mengganti metodologi pelaporan.

Beijing pun bersikeras membantah tuduhan negara Barat, di mana mereka mengatakan terus membagi informais dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Sejak tumbuh di ibu kota Provinsi Hubei, virus tersebut sudah menjangkiti seluruh dunia dengan lebih dari 5,4 juta orang terinfeksi.

Kemudian berdasarkan data dari situs Worldometers, 340.000 orang meninggal karena virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.

AS menjadi negara yang paling parah terdampak Covid-19, di mana 1,6 juta tertular dan lebih dari 97.000 orang meninggal.

Baca juga: Trump Salahkan China atas Pembunuhan Massal Pandemi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com