KOMPAS.com - Media Perancis AFP menyoroti berita sensasional di Indonesia tentang sopir bus Jakarta yang mengklaim berjalan kaki sejauh 500 kilometer ke kampung halamannya.
Maulana Arif Budi Satrio, mengklaim melakukan perjalanan sejauh 500 kilometer dengan berjalan kaki menuju kampungnya di Solo.
Apakah di tengah perjalanan dia mendapat bantuan dari kendaraan yang lalu lalang dan mengangkutnya, hal itu masih menjadi pertanyaan.
Namun perjalanan itu telah melelahkan Satrio yang akrab dipanggil Rio dari perjalanan jauhnya, juga membuatnya dikarantina ketika tiba di kota Solo, kampung halamannya.
Pria berusia 38 tahun itu mengatakan dia tidak memiliki harta benda untuk tetap berada di Jakarta selama wabah virus corona yang mengancam jutaan orang Indonesia ke dalam keterpurukan kemiskinan.
"Perusahaan tempat saya bekerja memberhentikan pengemudi seperti saya," katanya, "Jadi, saya hanya punya dua pilihan, tinggal di Jakarta tanpa uang atau pulang ke rumah."
Baca juga: Daripada Sekarat di Jakarta, Saya Nekat Jalan Kaki ke Solo
Orang Indonesia sebagaimana dilaporkan AFP rela melakukan penyelundupan dan membuat dokumentasi perjalanan palsu agar bisa menghindari larangan bepergian di akhir Ramadhan.
Ribuan orang menggunakan trik apa pun agar bisa mencapai kota kelahiran mereka tepat pada waktunya untuk perayaan di akhir bulan suci Islam akhir pekan ini, sebuah perayaan yang dikenal sebagai Hari Raya Idul Fitri.
"Ini adalah momen kritis," kata Doni Monardo, kepala satuan tugas mitigasi Covid-19 Indonesia.
"Saya khawatir orang-orang yang pergi ke daerah lain akan kembali dalam kondisi terinfeksi dan semua upaya kami akan sia-sia."
Setiap tahunnya di Indonesia jutaan pemudik memang memadati bandara, stasiun kereta api dan pelabuhan agar bisa melintasi kepulauan yang panjangnya hampir 5.000 kilometer dalam migrasi massal yang mirip dengan liburan Tahun Baru Imlek.
Indonesia saat ini mencatat lonjakan kasus infeksi virus corona tertinggi dalam satu hari pada minggu ini dengan angka kematian nasional di 1.326, angka tertinggi di Asia di luar Daratan Utama China.
Tetapi infeksi dan kematian sebenarnya secara luas diyakini jauh lebih tinggi di negara yang berpenduduk lebih dari 260 juta itu, di mana tingkat pengujian di sana merupakan yang paling rendah di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.