Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RUU Keamanan Nasional Hong Kong Tuai Kontroversi, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 22/05/2020, 17:02 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

HONG KONG, KOMPAS.com - China mengajukan rancangan undang-undang keamanan baru untuk Hong Kong, yang melarang hasutan, pemisahan diri, dan subversi.

Keputusan ini dinilai akan memprovokasi oposisi secara internasional dan di Hong Kong sendiri, yang tahun lalu diguncang demonstrasi berbulan-bulan.

Badan legislatif Kongres Rakyat Nasional China mulai membicarakan persoalan ini pada Jumat (22/5/2020) setelah sempat tertunda karena wabah virus corona.

Baca juga: Pakar Kesehatan Hong Kong Peringatkan Fase New Normal: Harus Terbiasa Berdampingan dengan Virus Corona

Dilansir dari BBC Kamis (21/5/2020), media China mengatakan RUU ini membela keamanan nasional, tetapi oposisi menyebut ini bisa menjadi "akhir dari Hong Kong".

Demonstran di Hong Kong sudah berulang kali memprotes pengurangan otonomi wilayah oleh pemerintah pimpinan komunis di Beijing.

Salah satu poin yang memicu kontroversi di RUU Keamanan Nasional Hong Kong adalah, pemerintah Beijing dapat mengintervensi pejabat terpilih di Hong Kong dan memaksakan perubahan.

Gubernur terakhir Hong Kong dari Inggris, Chris Patten, menyebut langkah itu "serangan komprehensif terhadap otonomi kota."

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga mengatakan, akan bereaksi keras jika China menindaklanjuti RUU ini.

Baca juga: Wartawan Hong Kong Tolak Laporan soal Penembakan Jurnalis Indonesia Veby Mega Indah

Apa yang akan dilakukan Kongres Rakyat Nasional?

RUU ini diajukan dalam agenda Kongres Rakyat Nasional China, dengan judul Membangun dan Meningkatkan Sistem Hukum dan Mekanisme Penegakan Hong Kong.

Undang-undang Dasar (UUD) yang menjadi konstitusi mini Hong Kong, mencantumkan kebebasan tertentu yang tidak tersedia di daratan China dan mengharuskan pemerintahnya memiliki hukum keamanan.

"Hukum hasutan" sempat diberlakukan pada 2003, tetapi diprotes lebih dari 500.000 orang yang turun ke jalan, dan akhirnya dicabut.

Seorang juru bicara Kongres pada Kamis mengatakan, China berencana memperbaiki kebijakan "satu negara dua sistem" yang dianut Hong Kong.

Baca juga: Es Krim Rasa Gas Air Mata di Hong Kong

Zhang Yesui berujar, "Keamanan nasional adalah fondasi yang menopang stabilitas negara. Menjaga keamanan nasional melayani kepentingan fundamental semua orang China, termasuk rekan-rekan kami di Hong Kong."

Hong Kong sedang menuju pemilihan legislatif pada September, dan jika kesuksesan tahun lalu untuk partai pro-demokrasi dapat terulang, RUU pemerintah dapat diblokir.

Sebuah sumber di China mengatakan kepada South China Morning Post, bahwa Beijing telah memutuskan Hong Kong tidak akan dapat mengesahkan UU Keamanannya sendiri, dan Kongres harus turun tangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com