Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termakan Konspirasi, Warga Rusia Tuduh Dokter Diagnosis Covid-19 demi Uang

Kompas.com - 22/05/2020, 16:39 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Para petugas medis di Rusia mengalami ketidakpercayaan, upah rendah dan kerap mendapatkan kekerasan dari lingkungan mereka karena dicurigai berpotensi membawa virus corona.

Misalnya, para warga di dekat Pusat Penelitian Medis Endokrinologi Nasional, sebuah rumah sakit di Moskwa yang menangani pasien Covid-19 mengeluh ketika melihat para petugas medis keluar dari rumah sakit dengan perlengkapan pelindung, mereka takut petugas medis bisa sebarkan virus.

"Mungkin ketika para warga itu terjangkit virus corona, mereka baru akan bersikap baik pada petugas medis," ujar Dr Alexander Gadzyra, seorang ahli bedah yang kelelahan bekerja selama jadwalnya.

Baca juga: Rusia Kecam AS Tentang Ancaman Trump soal Covid-19 dan WHO

Wabah Covid-19 telah membuat tekanan lebih pada komunitas medis Rusia. Sementara media negara itu memuji para petugas medis sebagai pahlawan, para petugas medis mengatakan pada The Associated Press bahwa mereka tak hanya melawan virus corona namun juga sistem yang gagal mendukung mereka.

Sistem yang gagal itu di antaranya seperti alat pelindung diri (APD) yang kurang dan perlakuan buruk bahkan persekusi yang diterima petugas medis ketika mereka berada di tempat umum.

Beberapa dari petugas medis di Rusia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mereka, beberapa dari mereka bahkan diduga lakukan bunuh diri.

Meski begitu, pejabat pemerintah bersikeras kekurangan APD tidak tersebar luas di tempat lain. 

Baca juga: Bayi Baru Lahir di Rusia Ini Positif Corona

Apa penyebab sikap antipati terhadap petugas medis di Rusia?

Seorang ahli antropologi sosial, Alexandra Arkhipova mengatakan bahwa sikap antipati terhadap petugas medis garda depan perlawanan virus corona telah menyebar luas di Rusia.

Sikap itu rupanya dipertajam oleh adanya teori konspirasi yang banyak beredar di media sosial.

Lebih dari 100 teori yang dia ketahui mengatakan bahwa dokter di Rusia sengaja mendiagnosis pasien dengan virus Covid-19 agar mereka mendapatkan uang lebih.

Teori konspirasi lain bahkan mengatakan bahwa itu sengaja dilakukan para dokter agar dana yang terkumpul dapat membantu pemerintah Rusia menangani wabah.

"Ini adalah krisis kepercayaan yang ditegaskan oleh pandemi," ungkapnya, "Saya belum pernah melihat sikap seperti ini sebelumnya di mana pun."

Baca juga: Rusia Catat 10.000 Kasus Infeksi Baru Virus Corona dalam 24 Jam

Krisis kepercayaan terhadap pemerintah

Menurut jajak pendapat, kepercayaan terhadap lembaga pemerintah di Rusia memang selalu rendah. Padahal, kebanyakan rumah sakit di Rusia dimiliki oleh negara.

Rusia kini sedang bergulat dengan wabah Covid-19 yang telah menewaskan 2.972 jiwa warganya dan menginfeksi lebih dari 300.000 orang.

Angka kematian yang relatif lebih rendah itu bahkan dikritik oleh beberapa pengamat yang tidak percaya angka yang dirilis.

Pejabat pemerintah dalam pernyataannya melaporkan bahwa lebih dari 70 wilayah Rusia menunjukkan setidaknya 9.479 kasus infeksi di kalangan petugas medis dan lebih dari 70 angka kematian akibat virus corona dalam sebulan terakhir.

Para petugas medis percaya bahwa angka kematian sebenarnya lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Mereka telah membuat daftar angka kematian berdasarkan catatan mereka, sebanyak lebih dari 250 petugas medis tewas.

Baca juga: Diperkosa Saat Jalan-jalan, Gadis di Rusia Terancam Didenda karena Langgar Lockdown

Dr Irina Vaskyanina mengatakan setidaknya 40 pekerja medis terinfeksi di rumah sakit Reutov, di luar kota Moskwa, di mana dia mengepalai departemen yang menangani transfusi darah.

Dia juga mengatakan penghinaan dan ancaman dari atasan menjadi lumrah setelah dia mengeluh tentang kondisi kerja kepada atasannya, untuk penegakan hukum dan bahkan kepada Presiden Vladimir Putin.

"Saya hendak mengundurkan diri, " kata Vaskyanina. "Mereka tidak membiarkan saya melakukan pekerjaan saya. Saya mencintai pekerjaan saya dan saya ingin terus melakukannya, tetapi saya tidak bisa terus menerus seperti ini."

Dia mengatakan bahwa 13 dari 14 rekannya juga telah berhenti.

Dr Tatyana Revva, seorang spesialis di Unit Perawatan Intensif (ICU) di kota Kalach-on-Don dipanggil pihak kepolisian karena telah mempertanyakan tentang persediaan APD yang menipis.

Dia juga mendapat 'tamparan' layaknya perlakuan disiplin militer setelah merekam video tentang kekurangan APD. 

Kepala rumah sakit tempat dia bekerja melaporkannya pada jaksa penuntut sebagai tindakan hoaks. Sebuah tindakan yang bisa dihukum denda sampai 25.000 dolar AS (sekitar Rp 368 juta) atau jalani hukuman penjara.

Tapi, Dr Oleg Kumeiko, kepala rumah sakit tempat Revva bekerja menolak klaim tersebut. Kepada AP dia mengatakan bahwa tidak ada penipisan stok APD di rumah sakitnya dan tidak pernah bermaksud memecat Revva.

Tindakan disiplin terhadapnya dibenarkan, katanya hal itu "tidak ada hubungannya dengan aktivitas publiknya."

Baca juga: 5 Pasien Covid-19 Tewas dalam Kebakaran di Rumah Sakit Rusia

"Saya tidak mengerti mengapa mereka memperlakukan kami seakan-akan kami ini barang sekali pakai," kata Nina Rogova, seorang perawat di wilayah Vladimir 200 kilometer di timur Moskwa.

Dia pulih dari virus yang menginfeksinya saat dia bekerja dan dia mengatakan dia diancam akan dipecat setelah dia memberi tahu media setempat tentang kurangnya alat pelindung.

Dokter di wilayah selatan Republik Chechnya yang mengeluhkan kekurangan peralatan kemudian harus menarik kembali pernyataan mereka sebagai "kesalahan" dan meminta maaf di TV.

Pemimpin wilayah yang mayoritas Muslim itu, Ramzan Kadyrov, memiliki reputasi untuk membungkam perbedaan pendapat, dan dia menuntut mereka dipecat.

Petugas kesehatan mengatakan mereka belum mendapatkan bonus yang dijanjikan pemerintah untuk bekerja dengan pasien virus corona.

Pada awal April, Putin secara pribadi menjanjikan bonus besar untuk gaji bulanan, sekitar 1.100 dolar AS untuk dokter (sekitar Rp 16 juta), 680 dolar AS untuk perawat (Rp 10 juta) dan paramedis, serta 340 dolar AS untuk mantri (sekitar Rp 5 juta).

Baca juga: Foto Kreatif dan Menghibur, Warga Rusia Produktif Saat Lockdown

Di media sosial sebulan kemudian, diramaikan oleh foto slip gaji karyawan petugas medis yang 10 hingga 100 kali lebih kecil dari yang dijanjikan.

Yevgeniya Bogatyryova, seorang paramedis di wilayah Moskwa, mengatakan kepada AP bahwa bonus April bervariasi dari 2 hingga 120 dolar AS.

"Mereka menghitung waktu ambulans yang dihabiskan dokter dengan pasien virus corona dan membayar tiap jam, agaknya begitu," kata Bogatyryova.

Lebih dari 110.000 orang menandatangani petisi online yang menuntut pemerintah menepati janjinya.

Lusinan paramedis memprotes di wilayah Nizhny Novgorod 400 kilometer di timur Moskwa, dan mencetak lebih banyak lagi dari Siberia ke Rusia selatan membuat video yang menuntut bonus.

“Siapa pun yang kami tanyakan dalam manajemen kami, atasan kami, mereka berkata,‘ Putin berjanji kepada Anda (soal bonus), jadi Putin harus menggaji Anda,” ujar Natalia Salomatova, seorang mantri di sebuah rumah sakit di kota Chita di Siberia, mengatakan kepada AP.

Bonus April untuk rekan-rekannya berkisar dari yang setara dengan 41 sen hingga 6,86 dolar AS, namun Salomatova sendiri tidak menerimanya.

Baca juga: 6 Hari Beruntun, Kasus Baru Covid-19 Rusia di Atas 10.000

Dan, setelah Putin tampil di TV dua kali minggu lalu dan dengan marah menuntut agar para pejabat membayar apa yang dijanjikan, para pekerja medis di beberapa daerah mulai menerima pembayaran.

"Membuat kita bertanya-tanya: kepada siapa kita harus melindungi petugas medis, infeksi, atau para administrator?" kata Arkhipova, seorang antropolog sosial.

Hingga kini, Kementerian Kesehatan Rusia tidak segera memberi komentar apa pun.

Sementara itu, laporan tentang petugas kesehatan yang mengundurkan diri muncul ke ranah publik.

Lebih dari 300 petugas medis berhenti di wilayah barat Kaliningrad dua minggu lalu, belasan paramedis dilaporkan mengundurkan diri di kota Siberia Novosibirsk pada Mei dan 40 pekerja mengajukan pengunduran diri di sebuah rumah sakit di wilayah Vladimir.

Fenomena itu dapat melumpuhkan sistem perawatan kesehatan lebih lanjut di Rusia, yang telah dirusak oleh reformasi yang banyak dikritik telah menutup setengah dari 10.000 rumah sakit dalam 20 tahun, dengan ribuan PHK.

Pada Desember, Wakil Perdana Menteri Tatyana Golikova menyebut reformasi itu “mengerikan” dan mengatakan bahwa hal itu secara signifikan mempengaruhi kualitas dan aksesibilitas perawatan kesehatan.

"Sekarang kita menghadapi ancaman kehancuran total komunitas medis," kata Semyon Galperin, kepala kelompok hak dokter Liga Pertahanan.

Baca juga: Kasus Virus Corona di Rusia Meningkat, Putin Isyaratkan Kirim Militer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com