Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19, Harga Rumah di Australia Anjlok 15 Persen

Kompas.com - 04/05/2020, 19:51 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Turunnya harga properti membuat banyak pihak merasa terpukul dan rugi namun ternyata ada pula yang merasa diuntungkan.

Michael Neal misalnya, yang membeli rumah di kawasan Blue Mountains, New South Wales, pertengahan tahun lalu.

Dia membeli rumah tersebut sebelum menjual rumah lamanya. Saat itu pasar properti sedang bagus, sehingga dia berencana merenovasi rumah lamanya terlebih dahulu sebelum akhirnya menjualnya.

Rencananya gagal karena terjadi kebakaran hutan di kawasan tersebut.

"Baru saja mulai renovasi, terjadi kebakaran hutan, jadi saya pun menghabiskan waktu lebih tiga bulan untuk mengatasinya," katanya kepada ABC.

Baca juga: Ramadhan 2020, Masjid Australia Bagikan Hidangan Takjil Drive-through

Ketika dia bisa melanjutkan renovasi, pasar properti telah berubah drastis. Dua pekan sebelum renovasinya rampung, pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 mulai berlaku.

Inspeksi dan lelang rumah sudah dilarang untuk mencegah penularan virus corona.

"Saya terlambat dua minggu untuk menjualnya," katanya.

Kini Neal dan istrinya harus membayar dua kredit KPR di mana pekerjaan sebagai kontraktor untuk perusahaan pembuat bus pun dihentikan.

Terlebih lagi, istrinya yang menjalani operasi pinggul harus menggunakan kursi roda. "Kondisi ini memukul kami secara mental," katanya.

Baca juga: Tidak Ada Lagi Kasus Positif Virus Corona di Canberra, Ibu Kota Australia

Neal mengatakan bahwa ada calon pembeli yang menawar rumahnya di Blue Mountains hingga 80.000 dolar Australia (sekitar Rp 777 juta) di bawah harga yang dia tawarkan.

"Jika ada yang menawar mendekati harga saya, langsung saya jual. Tidak ada masalah," katanya.

Namun beberapa orang memberikan penawaran sangat rendah, karena berharap Neal putus asa dan melepasnya. "Tapi saya belum putus asa," ujarnya.

Saat ini hampir semua faktor pendukung harga properti telah mengalami pukulan telak secara bersamaan.

Jumlah pengangguran yang meningkat tajam serta penurunan gaji kini telah terjadi di tengah ketersediaan lapangan kerja yang terus menurun.

Berkurangnya kemampuan konsumen telah berdampak langsung pada kemampuan membeli atau pun menyewa properti.

Pasar sewa jangka pendek, seperti AirBnB, telah menghilang dalam sekejap karena pembatasan perjalanan internasional dan nasional.

Baca juga: Australia dan China Terus Bersitegang soal Penyelidikan Asal-usul Covid-19

Banyak pemilik properti kini berusaha mencari penyewa jangka panjang, tapi meningkatnya pasokan akan menyebabkan harga sewa lebih rendah.

Banyak penduduk sementara telah kembali ke negaranya setelah kehilangan pekerjaan di Australia.

Bahkan pemerintah sudah memprediksi terjadinya penurunan migrasi sebesar 85 persen pada 2020/2021.

Salah satu pasar properti terbesar Domain.com.au menunjukkan adanya peningkatan properti yang didiskon di Sydney dan Melbourne dalam enam bulan terakhir.

Di Sydney, sebanyak 13,1 persen properti yang dipasarkan di Domain didiskon pada bulan April, dibandingkan hanya 5,7 persen pada Oktober 2019.

Di Melbourne, daftar properti yang didiskon naik dari 2,8 persen menjadi 10,7 persen selama periode yang sama.

Data Domain juga menunjukkan rata-rata nilai diskon masing-masing sebesar 4,0 persen dan 3,67 persen di Sydney dan Melbourne pada bulan April.

"Tren menunjukkan peningkatan diskon," kata Nicola Powell dari Domain.

Baca juga: Soal Investigasi Covid-19 dan Ancaman Boikot, China Bela Duta Besarnya di Australia

Menghemat hingga 100.000 dolar

Fabian Brimfield (29) seorang pengacara di Melbourne, tertarik membeli rumah di daerah Elwood sebelum kegiatan lelang dilarang.

"Saat itu harga yang ditawarkan antara 500.000 hingga 550.000 dolar. Saya suka rumah itu tapi dengan harga segitu saya pikir bisa beli yang lebih baik di tempat lain," katanya kepada ABC.

Setelah lelang dilarang, Brimfield melihat properti itu lagi, terdaftar secara daring sebagai penjualan pribadi. Harganya turun menjadi 485.000 dolar atau setara dengan Rp 4,6 miliar.

"Setelah bernegosiasi dengan agen, saya berhasil mendapatkan harga 450.000 dolar. Bagi saya, itu diskon yang signifikan," katanya.

Dia melakukan penghematan antara 50.000 hingga 100.000 dolar jika dihitung dari harga yang ditawarkan sebelumnya.

Baca juga: Diancam Bakal Diboikot China, Begini Peringatan Australia

Anjlok sekitar 15 persen

Pengamat properti Martin North mengaku yakin harga properti akan turun karena lebih banyak orang terpaksa menjual rumahnya.

"Data survei saya menunjukkan peningkatan tekanan kredit KPR secara cepat," kata North.

Berdasarkan data yang dimiliki North, pandemi Covid-19 telah menyebabkan tekanan pada 27 persen pemegang KPR dan pada 18 persen pemilik properti tanpa KPR.

Menurut dia, para investor properti kini ingin menjual propertinya meski pun tersedia penundaan cicilan kredit dari perbankan juga skema dukungan pemerintah.

Ekonom utama Bank NAB, Alan Oster lebih optimis, namun sependapat bahwa masih banyak kendala ke depan.

"Kami memperkirakan mungkin minggu depan, dan pastinya pertengahan tahun ini, tingkat pengangguran akan mencapai 10 persen," kata Oster.

"Tapi secara umum kami memperkirakan penurunan harga rumah sekitar 15 persen selama 12 bulan ke depan dan kemudian stabil pada pertengahan tahun depan," jelas Oster.

Oster mengatakan, Bank NAB melihat tiga skenario berbeda untuk harga rumah, yaitu bagus, ringan, dan depresi berat.

"Kita akan melihat harga rumah anjlok 30 persen, yaitu kasus terburuk. Tapi saya pikir kemungkinan itu terjadi sangat kecil," tambah Oster.

Baca juga: China Ancam Boikot Australia jika Didesak soal Investigasi Asal Usul Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com