Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Muncul, Kenapa Kabar Kesehatannya Begitu Penting?

Kompas.com - 02/05/2020, 16:35 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

Kim juga mempunyai obesitas dengan dua pendahulunya, Kim Jong Il dan sang kakek Kim Il Sung, diketahui mempunyai riwayat sakit jantung.

"Profil pribadi Kim, sejarah keluarga, dan struktur Korut membuat masalah kesehatannya jadi variabel utama stabilitas dan kebijakan luar negeri," ucap Leif-Eric Leasley dari Universitas Ewha di Seoul.

Baca juga: Berita Foto: Kemunculan Perdana Kim Jong Un dalam 20 Hari Terakhir

Mengapa banyak sekali rumor berkembang?

Karena sedemikian tertutup, bahkan pertumbuhan ekonomi di Korut tidak akan diungkap ke publik dan dipandang sebagai rahasia negara.

Karena itu, para pengamat maupun diplomat asing begitu mengandalkan media yang dikontrol ketat pemerintah sebagai petunjuk kondisi negara itu.

Karena itu, jika Kim sampai tidak masuk ke dalam tajuk berita negara itu, maka hampir dipastikan isu liar mengenai kondisinya berkembang.

Baca juga: Kim Jong Un Muncul Pertama Kalinya sejak 20 Hari Absen

Pada 11 April, pemimpin yang diyakini berumur 36 tahun itu memimpin pertemuan anggota Dewan Politbiro Partai Buruh di Pyongyang.

Namun empat hari kemudian atau 15 April, dia tidak terlihat dalam perayaan Hari Matahari, atau peringatan kelahiran sang kakek.

Daily NK, media yang dikelola sebagian pembelot Korut mengeluarkan publikasi bahwa sang pemimpin menjalani operasi kardiovaskular, dan memulihkan diri di vila Provinsi Pyongan Utara.

Segera setelah itu, media terkemuka AS, CNN memberitakan intelijen memantau kabar Kim "berada dalam kondisi bahaya" setelah operasi.

Bahkan sebuah media Jepang sempat menyatakan bahwa Kim berada dalam "kondisi vegetatif" atau koma, dengan China mengirim tim medis.

Namun, Korea Selatan kemudian menekankan bahwa Kim masih hidup dan sehat. Trump juga sempat menyiratkan Kim baik-baik saja pada pekan lalu.

"Insiden itu bisa mengingatkan betapa rapuhnya rumor yang tak berdasar mengenai Korea Utara," jelas mantan analis AS untuk Korut, Rachel Lee.

Dia menjelaskan, mereka memerlukan analis yang bisa menjabarkan lebih akurat mengenai kondisi riil di negara komunis tersebut.

Baca juga: Kemunculan Kim Jong Un Disoroti Pakar Kajian Internasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com