Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Tak Tertarik Jegal Trump di Pilpres AS

Kompas.com - 30/04/2020, 22:52 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China melalui kementerian luar negeri menekankan, mereka tidak tertarik menjegal Presiden Donald Trump di Pilpres AS.

Keterangan itu muncul setelah sang presiden menuding dia akan dihambat untuk terpilih lagi November mendatang, di tengah kritikannya atas respons Beijing terhadap virus corona.

Juru bicara kemenlu Geng Shuang menyatakan, Pilpres AS merupakan masalah internal. Jadi, dia berharap Washington tak melibatkan China.

Baca juga: Trump Tuding China Ingin Dia Kalah Pilpres AS

"Kami sudah mengatakannya berulang kali. Pilpres adalah masalah internal AS, dan kami tak tertarik mengintervensi," kata Geung.

"Kami juga berharap para politisi Amerika tak membuat masalah soal kami," lanjutnya seperti dikutip South China Morning Post Kamis (30/4/2020).

Dalam wawancara dengan Reuters Rabu (29/4/2020), Trump yakin bahwa Beijing bakal mendukung calon rivalnya, Joe Biden, untuk menang dalam Pilpres AS.

Menurut presiden berusia 73 tahun itu, kemenangan Biden bakal memberi keuntungan, di mana tekanan perdagangan yang dilayangkannya bakal berkurang.

"China akan melakukan yang mereka bisa agar saya kalah dalam pertarungan ini," ujar presiden dari Partai Republik itu dalam wawancara.

Tetapi para pengamat di daratan utama menyatakan, jika oposisi Demokrat menang sekali pun, relasi dua negara juga tak akan banyak berubah.

Shi Yinhong, pengamat di Universitas Renmin Beijing mengatakan, dia tidak berharap adanya peningkatan meski Joe Biden jadi presiden.

"Tidak akan ada Presiden AS yang ramah China. Sulit juga mengatakan apakah Biden atau Trump bakal jauh lebih buruk," papar Shi.

Pakar yang juga penasihat di Dewan Negara China menerangkan, terpilihnya jagoan Demokrat bertujuan untuk menyatukan Eropa.

Baca juga: Australia dan China Terus Bersitegang soal Penyelidikan Asal-usul Covid-19

Jika negara Eropa bersatu, maka AS mempunyai keuntungan untuk menarik mereka dari Negeri "Panda", terutama di bidang teknologi yang merugikan mereka.

"Pemimpin dari Demokrat mungkin juga tidak peduli dengan komentar manis atau percakapan telepon personal seperti Trump," jelas Shi.

Biden, yang merupakan wakil Barack Obama pada 2009-2017, berjanji untuk memulihkan relasi dunia dan sekutu yang tercerai berai saat Trump memimpin.

Mantan Senator Delaware itu juga termasuk pengkritik Presiden Xi Jinping, di mana dia sempat menyebutnya "pencuri" Februari lalu.

Meski tidak akan ada peningkatan, Shi memprediksi hubungan bilateral bakal terbih bisa diprediksi begitu Biden menjadi pemimpin.

Dia menerangkan tim kebijakan luar negeri Demokrat jauh lebih berpengalaman dengan China, dan tentunya ttidak terlalu panas tensinya.

"Terdapat kemungkinan kedua negara bisa bekerja sama dalam sejumlah isu seperti pemanasan global," jelasnya.

Baca juga: Kronologi Perselisihan Australia-China soal Penyelidikan Asal-usul Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com