Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19, Ulama di Inggris dan AS Imbau Muslim Siapkan Adaptasi Terkait Proses Kremasi

Kompas.com - 08/04/2020, 14:20 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Abu Eesa Niamatullah, seorang imam yang bertempat tinggal di Manchester, Inggris, mengatakan bahwa umat Islam harus siap menerima perubahan (kremasi) jika situasi wabah virus corona memburuk.

"Kita semua tahu dengan keadaan kita sekarang untuk mengatasi gelombang kematian yang besar (akibat virus corona),

terutama bagi umat Islam dengan serangkaian proses yang diperlukan dan kesakralan tubuh (ketika merawat jenazah), bahwa ini adalah wilayah penting yang menjadi perhatian," katanya sebagaimana dilansir dari Middle East Eye.

Baca juga: Muslim Amerika Sucikan Jenazah Korban Covid-19 dengan Tayammum

Inggris baru-baru ini mengeluarkan amandemen Undang Undang terkait peraturan kremasi bagi jenazah dengan Covid-19.

Undang Undang ini berstatus wajib apabila angka kematian yang disebabkan oleh virus corona terus melonjak.

Meski begitu, Undang Undang tersebut pada akhirnya melunak dengan tidak mewajibkan bagi komunitas muslim dan yahudi serta kepercayaan atau agama lain yang melarang prosesi kremasi.

Baca juga: Wabah Corona, Arab Saudi Berlakukan Larangan Bepergian 24 Jam

Kedua komunitas agama tersebut mendapat hak yang dihormati terkait urusan penguburan jenazah karena kremasi tidak diperbolehkan dalam agama Islam dan Yahudi.

Sementara itu, Sekretaris Kesehatan AS, Matt Hancock pada bulan Maret juga mengatakan kalau pemerintah AS sadar bahwa tindak kremasi harus disetujui oleh pihak keluarga dan komunitas agama. Untuk itu pemerintah AS sepakat dengan perubahan Undang Undang yang juga disepakati oleh Inggris.

Memang, proses kremasi dilarang di dalam Islam, di mana Islam mengharuskan setiap orang yang telah wafat dikuburkan.

Baca juga: Wali Kota Jerman Ini Mengaku Sengaja Terinfeksi Virus Corona

Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS mengatakan bahwa orang-orang yang telah meninggal, termasuk orang-orang dengan Covid-19, dapat dikremasi atau dimakamkan sesuai dengan preferensi keluarga.

Namun, situasi di AS semakin memburuk, kekhawatiran mulai meningkat apabila rancangan Undang Undang tentang kremasi ini dapat diterapkan.

"Kami benar-benar optimis (untuk tidak mengesahkannya) dan berharap bahwa komunitas Muslim (di AS) tidak harus menghadapi itu," kata Nassimi.

Baca juga: Trump Ancam Potong Anggaran WHO, Apa Sebabnya?

 

Daoud Nassimi adalah seorang ulama sekaligus Associate Professor Agama Islam dan agama-agama dunia di Northern Virginia Community College, AS.

"Kami berharap bahwa pemerintah juga bekerja sama dan membuat pengecualian bagi komunitas agama (yang tidak dianjurkan di kremasi), seperti muslim dan mengizinkan mereka melakukannya dengan cara mereka sendiri," katanya.

Nassimi juga menambahkan bahwa untuk saat ini, penganut agama di AS memang harus bersiap untuk menghadapi perubahan. Kuncinya adalah memastikan semua orang memahami situasinya.

Baca juga: Pertunjukan Lampu Warnai Berakhirnya Masa Lockdown di Wuhan

"Islam telah memberi kita cukup banyak fleksibilitas. Dan memahami serta mengikuti fleksibilitas itu membuat kondisi jauh lebih mudah," ujar Nassimi.

"Ketika orang mengerti, maka mereka (akan) mengikuti. Dan saya tidak melihat ada pertentangan atau ada yang mempermasalahkan itu," pungkasnya.

Baca juga: Semangati Boris Johnson Sembuh, Putin: Kuncinya Optimis dan Selera Humor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com