Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Edward Jenner, Penemu Vaksin

Kompas.com - 23/03/2020, 20:14 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber History

BERKELEY, KOMPAS.com Edward Jenner semasa hidupnya memberi kontribusi besar pada dunia. Dialah penemu vaksin cacar, yang kemudian menjadi landasan pembuatan vaksin-vaksin lainnya.

Di awal masa Jenner hidup tahun 1750-an, cacar membunuh sekitar 10 persen populasi Inggris.

Di kota-kota, infeksinya malah cepat menyebar dengan menular ke sekitar 20 persen penduduk kota.

Jumlah korban yang berjatuhan akibat penyakkit cacar mencapai jutaan orang selama berabad-abad.

Baca juga: Lembaga Peneliti di Indonesia Masih Mencari Vaksin Covid-19

Hingga akhirnya melalui sebuah eksperimen, pria kelahiran Berkeley, Gloucestershire, Inggris, ini berhasil menemukan vaksin cacar.

Atas keberhasilannya, Edward Jenner juga dinobatkan sebagai pelopor imunisasi, dan masuk ke daftar 100 orang Inggris terhebat versi BBC.

1. Masa kecil

17 Mei 1749 menjadi tanggal kelahiran Edward Jenner. Dia merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara.

Ayahnya, Stephen Jenner, adalah pendeta di Berkeley, sehingga Edward Jenner memiliki dasar pendidikan yang kuat.

Baca juga: WHO: Sebanyak 20 Vaksin Virus Corona Tengah Dikembangkan

Di usia 14 tahun Jenner menjadi murid magang Daniel Ludlow, seorang ahli bedah di Chipping Sodbury, Gloucestershire Selatan. Dari situ dia mendapat banyak ilmu pembedahan.

Lalu di usia 21 atau tahun 1770, Jenner berguru ke ahli bedah ternama lainnya, John Hunter di St George's Hospital.

Salah satu saran terpopuler yang diberikan Hunter ke Jenner adalah, "Jangan (terlalu) berpikir, cobalah".

Baca juga: WHO Sebut Ada 20 Vaksin Virus Corona di Dunia yang Tengah Dikembangkan

2. Cerita penemuan vaksin

Menurut rangkuman dari History, ketika Jenner masih menjadi mahasiswa kedokteran dia melihat sebuah fenomena menarik dari para pemerah susu sapi.

Para pemerah yang berkontak dengan cacar sapi, yang menyebabkan lecet pada ambing sapi, tidak tertular cacar manusia.

Tidak seperti cacar manusia yang menyebabkan erupsi kulit parah dan demam tinggi, cacar sapi hanya menimbulkan sedikit gejala pada wanita-wanita pemerah susu sapi itu.

Baca juga: Sukarelawan China Ceritakan Pengalaman Uji Coba Vaksin Virus Corona

Pada 14 Mei 1796, Jenner mengambil cairan dari lepuhan cacar sapi dan mengolesnya ke kulit James Phipps, bocah 8 tahun.

Satu lepuhan muncul di tempat olesan itu, tapi Phipps segera pulih.

Pada 1 Juli, Jenner menginokulasi bocah itu lagi, kali ini dengan penyakit cacar manusia, dan tidak ditemukan gejala yang muncul.

Vaksin ini terbukti sukses. Dokter di seluruh Eropa langsung mengadopsi teknik inovatif Jenner, yang berdampak positif pada penurunan jumlah penderita cacar.

Baca juga: Cerita Pengalaman Relawan Menjalani Uji Coba Vaksin Corona di Wuhan

Istilah vaksin sendiri berasal dari Variolae vaccinae, istilah yang dipakai Jenner untuk menyebut cacar sapi.

Dia memakainya dalam judul panjang Penelitian dalam Variolae vaccinae alias Cacar Sapi, di mana dia menggambarkan efek perlindungan cacar sapi terhadap cacar.

3. Beragam penobatan dan kematian

Berkat temuannya yang berjasa besar menyelamatkan banyak nyawa itu, Edward Jenner dibanjiri banyak penobatan.

Tahun 1802 dia dipilih sebagai anggota asing kehormatan di American Academy of Arts and Sciences.

Lalu di tahun 1806 pria yang juga menekuni bidang zoologi ini menjadi anggota asing di Royal Swedish Academy of Science

Baca juga: Vaksin Cacar, Vaksin Pertama yang Berhasil

Tahun 1821, Edward Jenner diangkat jadi dokter khusus untuk Raja George IV, dan diangkat jadi Wali Kota Berkeley.

Meski sudah bertabur penghargaan, Jenner tidak berhenti melakukan penelitian.

Di tahun terakhir hidupnya pada 1823, dia menyelesaikan studi tentang "Migrasi Burung", yang dipersembahkan ke Anggota Kerajaan Inggris.

Baca juga: Memahami Tahapan Pembuatan Vaksin, Bagaimana Prosesnya?

25 Januari 1823 Jenner mendapat serangan stroke berat, sampai sisi kanan badannya lumpuh.

Suami Catherine Kingscote dan bapak tiga anak ini tidak pernah sepenuhnya pulih, hingga akhirnya meninggal pada 26 Januari 1823 di usia 73 tahun.

Selama sakit dia dirawat oleh tiga anaknya, Edward, Robert Fitzharding, dan Catherine.

Sebab, istrinya telah meninggal lebih dulu pada 1815 karena tuberkulosis.

Baca juga: Kilas Balik Saat Wabah Virus H1N1, dari Pandemi hingga Ditemukan Vaksin, Akhirnya Teratasi...

Jenazah Edward Jenner lalu dimakamkan di ruang keluarga Jenner di Gereja St Mary, Berkeley.

Meski sosoknya telah tiada, penelitian Jenner terus berinovasi menjadi landasan penting bagi penemuan vaksin-vaksin lainnya.

Pada abad 19 dan 20, para ilmuwan yang mengikuti model Jenner mengembangkan vaksin baru untuk memerangi berbagai penyakit mematikan.

Di antaranya polio, batuk rejan, campak, tetanus, demam kuning, tifus, hepatitis B, dan lainnya.

Baca juga: Mengapa Isolasi dan Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona?

Vaksin cacar yang lebih canggih juga dikembangkan pada 1970 dalam program vaksinasi internasional.

Badan Organisasi Dunia (WHO) yang melakukannya, dan telah mengobati cacar di seluruh dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com