Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan Desak Uni Eropa untuk Bantu Rencananya Terkait Imigran

Kompas.com - 05/03/2020, 13:58 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memperingatkan pada Rabu (04/03/2020) bahwa krisis imigran akan bisa tertangani jika Eropa mendukung usahanya di Suriah, saat bentrok kekerasan pecah antara pengungsi dan polisi di perbatasan Yunani.

Ribuan imigran telah memasuki perbatasan Yunani sejak Presiden Erdogan mengumumkan peringatannya pada pekan lalu bahwa para imigran tidak lagi dicegah usahanya untuk memasuki Eropa.

Tindakan Erdogan ini terjadi setelah Rusia berada di balik serangan udara Suriah yang menewaskan 34 tentara Turki di Utara Suriah, lebih tepatnya di Idlib. Kini, Erdogan meminta bantuan dari komunitas internasional.

Namun, pihak Uni Eropa khawatir akan berulangnya krisis migran tahun 2015-2016. Saat itu, lebih dari satu juta imigran menyeberang menuju Eropa dan mengecam "pemerasan" Turki.

Dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan yang melintasi Pazarkule, seorang pejabat Turki mengklaim adanya satu imigran tewas. Lima orang lainnya dikabarkan luka-luka akibat tembakan langsung dari pihak Yunani.

Baca juga: Erdogan kepada Putin: Menyingkir dari Jalan Kami

Pihak Athena sangat membantah klaim itu. Meski begitu, seorang fotografer media Perancis, AFP sempat melihat tembakan ke arah seorang imigran yang terkena di betisnya.

Memang masih belum jelas apakah dengan peluru atau peluru karet. Hal itu terjadi ketika imigran atau pengungsi ini berusaha memotong jalan mereka melalui pagar.

kelompok imigran itu kemudian melemparkan batu ke arah polisi Yunani yang merespon dengan gas air mata. Sementara beberapa tembakan dan tangisan juga terdengar.

Tak lama, Athena merilis video yang tampaknya menunjukkan polisi Turki menembakkan gas air matake penjaga perbatasan Yunani, yang tidak dapat segera dikonfirmasi.

Kembali ke Ankara, pihak Erdogan mengatakan Uni Eropa harus mendukung solusi politik dan kemanusiaan Turki di Suriah jika situasi ingin terselesaikan.

Turki telah menampung hampir empat juta pengungsi. Sebagian besar dari mereka warga Suriah dan telah memerangi pemerintah Suriah dalam upaya mencegah gelombang masuk lain dari Idlib, wilayah yang didominasi militan garis keras yang diserang Damaskus sejak Desember.

Baca juga: PBB: Rusia Dituding Lakukan Kejahatan Perang di Suriah

Untuk itu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell dan presiden dewan Charles Michel berjumpa dengan Erdogan di Ankara pada Rabu (04/03/2020).

Pertemuan itu menjanjikan tambahan 170 juta euro atau sekitar 189 juta dollar (Rp 2,6 triliun). Bantuan itu diberikan untuk kelompok rentan di Suriah.

Borrell mengatakan Uni Eropa mengakui situasi sulit yang dihadapi Turki tetapi lampu hijau Turki untuk para imigran hanya memperburuk situasi.

Berbeda dengan Borrell, menteri luar negeri Perancis, Jean Yves Le Drian mengatakan Uni Eropa tidak akan menyerah pada pemerasan yang dilakukan Turki.
Dan menegaskan bahwa perbatasan benua Eropa akan terus ditutup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com