KOMPAS.com - WHO mengatakan kalau masker, kacamata dan peralatan pelindung lainnya yang digunakan oleh petugas kesehatan semakin habis karena "meningkatnya permintaan, penimbunan dan penyalahgunaan."
"Kami tidak dapat menghentikan COVID-19 tanpa melindungi petugas kesehatan kami," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, Selasa (03/03/2020).
Saat ini tercatat harga masker telah melonjak enam kali lipat dan biaya ventilator meningkat tiga kali lipat.
Tedros mengatakan WHO telah mengirim lebih dari setengah juta set alat pelindung diri ke 27 negara, tetapi memperingatkan bahwa "persediaan akan cepat habis".
Sementara itu, dari Korea Selatan ke Prancis dan Hong Kong, rak supermarket telah dilucuti persediaan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk kertas toilet dan pembersih tangan.
Antrean panjang terbentuk di luar supermarket pada hari Rabu di Korea Selatan, tempat virus corona telah menginfeksi lebih dari 5.600 orang dan menewaskan 32 orang.
Di Indonesia, polisi menyita 600.000 masker wajah dari sebuah gudang setelah kasus virus corona pertama yang dikonfirmasi di negara itu memicu panic buying.
"Harga masker meroket di mana-mana dan ada kekurangan, kemungkinan besar karena penimbun berusaha mencari uang dengan biaya publik," kata juru bicara kepolisian Jakarta Yusri Yunus kepada AFP.
Di Perancis di mana lebih dari 200 orang terinfeksi, pemerintah mengatakan akan meminta semua stok masker dan produksi dalam beberapa bulan mendatang sebagai tanggapan terhadap wabah tersebut.
Sementara itu di Rusia pemerintah melarang ekspor masker medis, dan Italia mengatakan mereka mengimpor 800.000 dari Afrika Selatan, meskipun totalnya membutuhkan 10 juta.
Baca juga: Penanganan Kasus Corona, Ini Beda Kriteria Orang Dalam Pemantauan dan Pasien Dalam Pengawasan
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan