Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sekitar Paris Macet 700 Km Menjelang Lockdown Nasional Kedua

PARIS, KOMPAS.com - Lalu lintas di sekitar Paris alami kemacetan parah beberapa jam sebelum lockdown nasional kedua diberlakukan di seluruh Perancis untuk menekan kasus Covid-19. 

Melansir BBC pada Jumat (30/10/2020), kemacetan terjadi sepanjang 700 kilometer secara kumulatif di wilayah Ile-de-France pada Kamis malam waktu setempat, menurut laporan media lokal.

Langkah lockdown mulai berlaku pada tengah malam pada Jumat (23:00 GMT) untuk mengatasi infeksi Covid-19 yang terus meningkat.

Para warga telah diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah, kecuali untuk urusan pekerjaan pentung atau alasan medis.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan negaranya berisiko "kewalahan oleh gelombang kedua (Covid-19) yang tidak diragukan lagi akan lebih sulit daripada gelombang pertama".

Kematian Covid-19 harian di Perancis berada pada level tertinggi sejak April. Pada Kamis (29/10/2020), pihak berwenang melaporkan 47.637 kasus baru dan 250 kematian baru.

Media Perancis melaporkan bahwa banyak orang Paris telah meninggalkan kota dan apartemen mereka yang umumnya sempit, untuk menghabiskan waktu di pedesaan.

Anna (24 tahun) mengatakan kepada surat kabar Le Figaro bahwa dia telah meninggalkan apartemen keluarganya di Paris untuk pergi ke rumah kedua mereka di Bernay di utara Perancis.

Dia mengatakan menghabiskan waktu lockdown pertama di Paris yang membuatnya "secara psikologis sulit". Namun, menurutnya di Bernay dengan "udara lebih bersih, kita dapat bernapas, kita merasa bebas".

Lalu lintas yang lebih padat dari biasanya juga dilaporkan di sekitar kota besar Lyon dan Bordeaux, beberapa jam sebelum lockdown diberlakukan.

Kemacetan lalu lintas mengingatkan pada eksodus perkotaan yang terjadi pada Maret menjelang lockdown nasional pertama yang sangat ketat di Perancis. Pada saat itu, beberapa penduduk wilayah lain Perancis memusuhi warga Paris yang melarikan diri dari ibu kota.

"Kami meminta orang untuk tinggal di rumah dan orang Paris untuk tinggal di Paris. Anda dapat memahami dengan baik bahwa jika 4.000 orang dari Paris menyerbu (ke wilayah lain) dan sepertiga dari mereka terinfeksi (Covid-19) tanpa menyadarinya, jelas berisiko menyebar dengan cepat," tulis seorang komentator di koran lokal, Sud Ouest.

Namun, selama gelombang Covid-19 pertama, wilayah tertentu di Perancis, khususnya Paris dan timur laut terkena dampak parah ketika lockdown diberlakukan, sementara wilayah lain memiliki kasus yang relatif sedikit.

Kali ini, para pejabat mengatakan virus corona menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Brussel telah menyisihkan 200 juta euro (Rp 3,4 triliun) untuk memindahkan pasien Covid-19 dari negara anggota yang terkena dampak paling parah ke negara lain dengan tempat tidur rumah sakit cadangan.

Dia juga meminta negara-negara Uni Eropa untuk mengumpulkan data virus corona mereka, dan mendesak mereka untuk tidak menutup perbatasan satu sama lain.

Namun, dia berkata bahwa "kami tidak mendorong perjalanan sekarang", dan bahwa orang-orang di Eropa seharusnya hanya memulai perjalanan ke negara bagian lain, jika mereka memang perlu.

Selama panggilan video dengan para pemimpin Uni Eropa, Von der Leyen juga mengatakan bahwa pekerjaan mereka sekarang harus dimulai dengan mempersiapkan infrastruktur untuk program vaksinasi massal, agar siap ketika vaksin disetujui.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/30/204246670/sekitar-paris-macet-700-km-menjelang-lockdown-nasional-kedua

Terkini Lainnya

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Global
[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke