KOMPAS.com - Bicara soal daging sapi, harganya tentu lebih mahal daripada jenis protein hewani lainnya.
Belum lagi bila dimasak dan dijual dengan ongkos tambahan lain seperti bumbu dan produksi.
Tantangan menentukan harga jual saat menawarkan olahan daging ini dirasakan Kristo, pemilik Holy Smokes Yogyakarta, kala menjalani bisnis kulinernya di Kota Pelajar itu.
Setidaknya, ia menghadapi tiga tantangan bisnis saat menjual brisket atau smoked beef di Yogyakarta.
Baca juga:
Kristo mengaku bahwa modal daging yang dijualnya tidak sedikit. Itu sebabnya, tidak mudah menyesuaikan harga atau pricing strategy.
"Restoran besar biasanya tetap dibandingkan dengan harga makanan di restoran kecil, tetapi setidaknya kami memberikan solusi dengan menawarkan kualitas lebih baik," ujar Kristo.
Sebab, strategi harga ini bukan hanya dipengaruhi modal besar, melainkan juga pengaruh warung atau restoran lain yang menawarkan harga menu lebih murah.
Suplai bahan makanan untuk membuat olahan daging juga tidak mudah, apalagi dengan ongkos kirim yang tinggi.
"Yogyakarta itu bukan kota pelabuhan. Kebanyakan dikirimnya dari Jakarta atau Semarang sehingga ada ongkos kirimnya," tutur dia ketika ditemui Kompas.com di Holy Smokes Yogyakarta, Rabu (29/11/2023).
Mahalnya bahan baku beserta ongkos kirim ini sulit disesuaikan dengan poin pertama, yakni strategi harga jual makanan.
Sumber daya manusia (SDM) juga tidak kalah penting. Kebutuhan karyawan besar, begitu juga dengan tantangannya.
Restoran yang dimiliki Kristo membutuhkan karyawan terlatih di bidangnya, baik itu koki maupun pramusaji.
Membutuhkan konsistensi untuk melatih setiap karyawan yang direkrut. Di sisi lain, tidak mudah mempertahankan karyawan yang sudah ada.
Baca juga:
View this post on Instagram