Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Beda Ladosan dan Piring Terbang, Jamuan Makan dalam Pernikahan Adat Yogyakarta dan Solo

Kompas.com - 10/12/2022, 10:06 WIB
Krisda Tiofani,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ladosan dan piring terbang merupakan dua jenis jamuan makan dalam adat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Solo.

Menurut pemerhati Kuliner Indonesia dan penulis buku kuliner, Prof Dr. Murdijati Gardjito, kedua cara menyuguhkan makanan ini sudah jarang ditemukan dalam acara pernikahan Yogyakarta.

Saat ini, kebanyakan acara pernikahan di Yogyakarta menggunakan prasmanan, yakni mempersilakan tamu mengambil dan menikmati hidangan yang ada.

Ladosan dan piring terbang memiliki kemiripan. Keduanya berbeda dengan prasmanan, di mana tamu bebas menikmati sajian.

Meski sama-sama dilayani dengan porsi makan tertentu, ada beberapa perbedaan ladosan dan piring terbang yang dapat kamu ketahui berikut ini.

1. Arti jamuan

Jamuan piring terbang umum ditemukan dalam acara pernikahan adat Jawa, baik Solo maupun Yogyakarta.

Namun, menurut Murdijati, piring terbang sudah jarang ditemui di Yogyakarta, kecuali beberapa desa.

Sementara itu, ladosan yang berarti menyuguhkan, sebenarnya bukan jamuan untuk acara pernikahan, melainkan cara menyajikan makan untuk para raja.

Hal tersebut lebih dikenal dengan istilah Ladosan Dhahar Dalem, yakni jamuan khusus untuk raja di Keraton.

"Kalau pakai Ladosan Dhahar Dalem itu buat raja, tetapi kalau ladosan dhahar biasa itu umum untuk siapa saja yang lebih tua," kata Murdijati saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/12/2022).

Baca juga:

2. Penyajian

Pramusaiji membawa baki bersi makanan untuk disajikan kepada tamu undangan dengan tradisi piring terbang.Dok.surakarta.go.id Pramusaiji membawa baki bersi makanan untuk disajikan kepada tamu undangan dengan tradisi piring terbang.

Makanan dalam piring terbang dan ladosan dhahar sama-sama disajikan satu per satu oleh pramusaji, di Keraton Yogyakarta lebih dikenal dengan sebutan abdi dalem.

Berbeda dengan piring terbang yang disajikan langsung satu per satu sesuai urutan, menurut Murdijati, sajian dalam ladosan dhahar atau Ladosan Dhahar Dalem bisa disajikan acak sesuai keinginan raja atau tamu, tidak harus urut.

3. Posisi makan

Terakhir, posisi makan piring terbang dan ladosan dahar berbeda.

Raja atau tamu yang menghadiri Ladosan Dhahar Dalem atau ladosan dhahar biasa akan menyantap makanan dengan posisi lesehan.

Hal itu menyesuaikan dengan cara makan orang Jawa yang terbiasa dengan lesehan. Hanya saja, raja akan makan beralas karpet, sementara masyarakat biasa beralas tikar.

Berbeda dengan Ladosan Dhahar Dalem, jamuan piring terbang diantar langsung ke meja tempat makan para tamu.

Baca juga:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com