KOMPAS.com - Kemeriahan acara syukuran seperti pernikahan atau kelahiran di Indonesia umumnya selalu ada makanan simbolik.
Tak terkecuali dalam adat Jawa, makanan erat dengan makna tertentu. Salah satu makanan syukuran dalam adat jawa adalah ayam ingkung.
Ayam ingkung merupakan ayam utuh yang dihidangkan bersama jeroannya. Bukan sekedar ayam yang dimasak, ada filosofi yang melekat pada ayam ingkung.
Travelling Chef Wira Hardiansya dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020), mengatakan ayam ingkung tercatat dalam buku "Atlas Walisongo" karya Agus Sunyoto.
Baca juga: Filosofi Apem pada Tahun Baru Islam, Simbol Kesederhanaan dan Kebersamaan
"Jauh sebelum agama-agama pendatang atau agama asli Nusantara yaitu agama kapitayan telah menyinggung ayam tu-kung sebagai salah satu sesaji yang berkembang menjadi ayam ingkung," jelas Wira.
Ayam tu-kung atau ingkung selalu disandingkan dengan tumpeng sebagai sesaji.
Ayam Ingkung memiliki arti mengayomi, diambil dari kata jinakung dalam Bahasa Jawa kuno dan manekung yang artinya memanjatkan doa.
Ayam juga dipilih sebagai bahan pokok dalam hidangan ini karena memiliki arti dan makna tersendiri.
"Zaman dulu ayam di pilih sebagai sesaji sebagai simbol manusia. Makanya telur ayam di simbol kan sebagai kelahiran," jelas Wira.
Ayam ingkung disajikan dengan utuh dan terlihat sedang bersungkur, posisi ini juga mewakili makna tertentu.
Baca juga: Sejarah Rasa Manis pada Masakan Jawa Tengah, Pengaruh Tanam Paksa
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.