Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/07/2022, 11:08 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hewan kurban seperti kambing, sapi, atau domba yang disembelih saat Hari Raya Idul Adha nantinya akan dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Pembagian daging kurban ini biasanya dilakukan pada siang hingga sore hari setelah daging selesai dipotong dan dikemas.

Pengemasan daging kurban di setiap daerah berbeda-beda. Ada yang menggunakan bingkisan berupa besek berlapis daun pisang supaya ramah lingkungan. 

Ada juga yang menggunakan plastik sekali pakai supaya lebih praktis dan lebih murah. Lalu, cara manakah yang paling baik dilakukan untuk mengemas daging kurban?

Baca juga:

Kemas pakai plastik

Ilustrasi daging kambingfreepik Ilustrasi daging kambing

Pengemasan menggunakan besek dan daun pisang terkesan ramah lingkungan karena mudah diuraikan.

Namun, di tengah kondisi menjangkitnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), daging kurban disarankan tidak dikemas menggunakan besek.

Hal ini disampaikan oleh dokter hewan sekaligus pakar ternak di Institut Pertanian Bogor (IPB) Supratikno kepada Kompas.com saat dihubungi via daring pada Selasa (7/6/2022).

"Saya tidak menyarankan membungkus daging hewan kurban pakai besek atau pakai daun, karena susah didisinfeksi," kata Tikno.

Apabila menggunakan daun pisang atau besek, darah atau cairan daging berpeluang menetes di jalan saat perjalanan pulang. Cairan tersebut berpotensi mengandung virus dan menjangkit ternak lain.

"Kalau pakai besekan, saat sampai di rumah, dagingnya direbus, besekan atau daunnya dibuang ke tempat sampah. Dari sana nantinya daun dibuang ke penampungan sampah, ada peluang kambing yang ada di sana makan daun tersebut," papar Tikno.

Menurut Tikno, penggunaan kemasan daun dan besek perlu dihindari karena dikhawatirkan akan membentuk siklus penyebaran virus yang semakin meluas.

Oleh karena itu, ia menyarankan untuk menggunakan plastik sebagai kemasan daging kurban.

"Kalau dibungkus pakai plastik, plastiknya tinggal disiram, direndam air panas, atau direndam sabun cuci piring, selesai, virusnya mati dan plastiknya boleh dibuang ke tempat sampah," pungkas Tikno.

Baca juga:

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Foodplace (@my.foodplace)

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com