4 Strategi Produsen Cokelat di Yogyakarta untuk Gaet Pasar

Tidak hanya dari tim internal, Sugeng juga mendatangkan tim dari pihak eksternal supaya masyarakat lebih bisa beradaptasi dengan teknologi.

Baca juga:

• Bisnis Coffee Roastery Saat Pandemi, Tantangan dan Strategi Bertahan
•  Perjalanan Bisnis Cloud Kitchen Terbanyak di Indonesia
• Jatuh Bangun Bisnis Bakery di Jakarta, Omzet Turun hingga 80 Persen

3. Tes pasar dan sesuaikan dengan permintaan 

Sebelum memproduksi dan memasarkan barang, Sugeng melakukan tes pasar terlebih dahulu.

Hal ini ia lakukan supaya barang yang diproduksi dapat diterima dengan baik karena sudah disesuaikan dengan permintaan pasar.

Ada banyak jenis cokelat yang bisa dibuat dari biji kakao, tetapi Sugeng lebih fokus kepada olahan bubuk cokelat.

"Kita berupaya melakukan tes pasar, produk apa yang diminati oleh wisatawan untuk olahan cokelat. Setelah dilakukan tes pasar, muncullah olahan cokelat dengan bentuk varian minuman cokelat yang bisa langsung diseduh," kata Sugeng.

4. Kolaborasi

Dok. Sugeng Handoko Ilustrasi varian Chocomix Etawa hasil Kolaborasi Griya Cokelat Nglanggeran dan umkm ternak lokal

Supaya produk lebih mudah dikenal, Sugeng melakukan kolaborasi dengan UMKM lokal.

Kolaborasi tidak hanya berdampak baik pada produk yang ia jual, tetapi juga pada kedua belah pihak.

Hasil kolaborasi ini dapat dilihat dari salah satu varian minuman Griya Cokelat Nglanggeran, yakni varian Chocomix Etawa.

"Kami bekerjasama dengan umkm lokal yang bergerak di bidang peternakan, mengolaborasikan susu etawa dan bubuk cokelat," kata Sugeng. 

 

 

 

 

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Foodplace (@my.foodplace)