Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/06/2021, 15:08 WIB

KOMPAS.com – Penggunaan wadah makanan berbahan styrofoam (gabus sintetis) tanpa disadari telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Styrofoam kerap dijumpai di restoran dan rumah tangga karena bentuknya yang ringkas, harganya murah, dan mudahnya akses untuk membeli gabus sintetis ini.

Namun, di balik kemudahan styrofoam, dibutuhkan waktu 500 tahun untuk bahan gabus ini terurai.

Baca juga: Apa Itu Food Bank? Wadah untuk Kurangi Risiko Kelaparan dan Kurang Gizi

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh inovasi berbasis komunitas bernama Plepah, kontribusi sampah styrofoam ke laut Indonesia dari 18 kota selama Januari 2018 adalah 0,27-0,59 ton.

Terdapat sekitar 18 juta wadah makanan styrofoam per hari se-Jabodetabek yang dipakai saat mengantarkan makanan di sebuah platform pemesanan daring.

Data tersebut merupakan data pada 2018.

Oleh karena itu, sebuah organisasi Footloose Initiative memulai riset tentang kemasan ramah lingkungan yang sistemnya berbasis komunitas bernama Plepah pada tahun 2018.

Pelepah pinang sering dipandang sebelah mata

Salah satu wadah berbahan pelepah pinang dari Plepah.Dok. Plepah/Fadhlan Makarim Salah satu wadah berbahan pelepah pinang dari Plepah.

Pilihan Plepah jatuh pada pelepah pinang, sebuah limbah yang tergolong tidak bernilai jika dibandingkan dengan buah pinang.

Pohon pinang kerap digunakan sebagai tanaman pembatas di perkebunan karet dan kelapa sawit.

Umumnya, pelepah pohon pinang ditumpuk bersama sampah-sampah hasil pembersihan kebun sebelum akhirnya dibakar.

Tindakan tersebut berpotensi menyebabkan kebakaran hutan.

Baca juga: Perbedaan Food Loss dan Food Waste, dari Mana Asalnya?

Kendati demikian, jika diolah dengan tepat, pelepah pinang dapat berubah menjadi wadah makanan tahan panas, tahan air, dan tahan minyak.

Bentuknya juga kaku dan kokoh, tetapi tetap ringan untuk dibawa-bawa.

“Di pelepah pinang ada satu lapisan selulosa yang nantinya akan meng-cover material luar atau material yang akan kontak langsung dengan makanan," kata CEO Plépah Rengkuh Banyu kepada Kompas.com, Kamis (3/6/2021).

Lapisan selulosa itu yag disebutkan oleh Rengkuh Banyu, bisa menahan rembesan minyak dan air dari makanan.

Jika diolah dengan baik, pelepah pinang dapat berubah menjadi wadah makanan tahan panas, tahan air, dan tahan minyak.Dok. Plepah Jika diolah dengan baik, pelepah pinang dapat berubah menjadi wadah makanan tahan panas, tahan air, dan tahan minyak.

Rengkuh menambahkan, wadah makanan dari pelepah pinang juga aman karena tidak mengontaminasi makanan.

Hal itu berbeda dengan wadah makanan berbahan styrofoam yang memungkinkan kontaminasi kimia terhadap makanan, minimal dari segi aroma.

Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Josua Simanjuntak mengatakan, pelepah pinang hanya butuh 60 hari untuk terurai.

Baca juga: Jangan Buang Cangkang Telur, Ubah Jadi Wadah Semai Biji dan Kompos

“Kalau tadi styrofoam 500 tahun, ini hanya 60 hari ter-decomposed dan langsung larut ke tanah dan bisa menjadi kompos,” kata Josua saat Weekly Briefing Kemenparekraf hari Rabu (2/6/2021) di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat.

Selain bentuk seperti wadah makanan, Plepah juga membuat piring dari pelepah pinang. Ke depannya, mereka berencana untuk merambah ke kemasan untuk produk kosmetik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+