Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Wedang Ronde di Indonesia, Asimilasi Budaya Tionghoa dengan Nusantara

Kompas.com - 21/12/2020, 08:28 WIB
Yuharrani Aisyah

Penulis

KOMPAS.com - Wedang ronde atau minuman hangat berisi ronde adalah perpaduan budaya Tionghoa dengan Nusantara.

Ronde terbuat dari beras ketan dan air, dibentuk bulat kemudian direbus sampai matang dan mengapung. Lantas disajikan dalam kuah jahe hangat dan gula.

Biasanya ronde berisi kacang tanah cincang. Selain itu, bisa berisi kacang hitam atau wijen. Namun, ada juga versi ronde tanpa isian.

Baca juga: Resep Wedang Ronde, Minuman Jahe Hangat Isi Bulatan Kenyal

Ilustrasi tangyuan, kuliner tradisional khas China.SHUTTERSTOCK/BADBOYDT7 Ilustrasi tangyuan, kuliner tradisional khas China.

Dari tangyuan khas China

Wedang ronde adalah perpaduan antara tangyuan dan kuah jahe plus gula khas Nusantara. Tangyuan juga terbuat dari tepung ketan dan sedikit air, bisa diberi isian maupun polosan. 

Berdasarkan Beijing Tourism, saat Dinasti Ming tangyuan disebut yuanxiao. Nama ini berasal dari Festival Yuanxiao atau Lentern Festival di China.

Sementara di China bagian selatan disebut tangyuan atau tangtuan.

Konon kaisar Yuan Shikai yang memerintah pada 1912-1916 tidak menyukai nama yuanxiao karena pengucapannya serupa dengan singkirkan Yuan.

Sehingga ia memerintahkan untuk mengganti nama yuanxiao jadi tangyuan. Secara harfiah, arti nama makanan ini adalah bulatan bola-bola dalam kuah atau sup.

Makna ronde

Baik tangyuan maupun ronde yang terbuat dari tepung ketan, mempunyai tekstur lengket. Sajian ini identik sebagai simbol mempererat tali kekeluargaan.

Dalam perayaan tertentu seperti Festival Dongzhi dan Festival Yuanxiao, tangyuan dimakan bersama dengan keluarga.

Begitu pula wedang ronde, pada acara Festival Dongzhi disantap usai melakukan sembahyang bersama keluarga. Bahkan proses membuat ronde pun dibuat bersama-sama.

 

Ilustrasi wedang ronde, minuman herbal khas Jawa Tengah. SHUTTERSTOCK/RIO FERDIAN CHANIAGO Ilustrasi wedang ronde, minuman herbal khas Jawa Tengah.

 

Wedang ronde di Indonesia

Mengutip Kompas.com, wedang ronde hanya dapat ditemukan di Indonesia karena merupakan perpaduan budaya Tionghoa dengan Nusantara.

Tangyuan di China disajikan dalam kuah manis atau kaldu daging, sedangkan ronde di Indonesia kuah jahe manis. Sajian ini disebut wedang ronde karena kuah jahenya hangat.

Wedang ronde biasanya dijual di gerobak pinggir jalan yang sampai sekarang dapat kamu temukan di Yogyakarta, Semarang, dan beberapa kota di Jawa Tengah lainnya.

Tidak terbatas di situ saja, wedang ronde dijual juga di kota lain di Indonesia tetapi mungkin tidak sebanyak di dua kota di atas.

Selain berdiam di suatu tempat, kamu dapat menemukan pedagang wedang ronde berkeliling menggunakan gerobak dorong. Bahkan sekarang ada yang menggunakan motor.

Ilustrasi wedang ronde dalam mangkuk kecil. SHUTTERSTOCK/MARTANTO SETYO HUSODO Ilustrasi wedang ronde dalam mangkuk kecil.

Asal nama ronde

Asal nama wedang ronde berasal dari Bahasa Belanda rond yang berarti bulat.

Kemudian menjadi rondje karena dalam Bahasa Belanda kata jamak menggunakan akhiran je misalnya petje atau topi yang akhirnya diserap jadi kata peci. Contoh lain, boontjes atau buncis dan kaartjes alias karcis.

Bagi orang Belanda di Indonesia, sebutan rondje lebih mudah diucapkan daripada tangyuan. Namun, kata ini masih tidak mudah bagi lidah orang Indonesia, akhirnya lama-lama berubah menjadi ronde.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com