Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seluk Beluk Cloud Kitchen, Konsep Bisnis Makanan untuk yang Minim Modal

KOMPAS.com - Mau buka usaha food and beverage dengan usaha minim? Mungkin kamu bisa mempertimbangkan konsep cloud kitchen.

Pada acara Ngoenyah (Ngobrol Renyah) yang di adakan oleh FoodPlace, menghadirkan Abraham Viktor selaku Founding Member & CEO Hangry! sebagai pembicara.

Pada sesi yang diadakan Selasa, (23/12/12) ini Abraham Viktor membahas mengenai seluk belum usaha makanan dan minuman dengan konsep cloud kitchen.

Ia juga memberikan beberapa tips untuk memulai usaha dengan mengusung konsep dapur bersama ini.

Sebagaian masyarakat Indonesia yang masih belum begitu akrab dengan istilah ini bisa mengetahui beberapa fakta menarik mengenai cloud kitchen berikut.

Apa itu cloud kitchen?

“Sebenarnya cloud kitchen itu istilah ya saja, tapi artinya itu satu dapur yang dipakai benerapa brand (makanan) sekaligus,” jelas pria yang akrab disapa Bram itu.

Ia menjelaskan, jika kebanyakan satu restoran memiliki satu dapur dan biasanya cukup menguras biaya pengeluaran.

Namun, dengan adanya dapur bersama ini, pelaku usaha bisa lebih berhemat.

Sebab, satu dapur bisa digunakan untuk benerapa brand dan pemilik usaha cukup menyewa dapur tersebut dari orang lain.

Maka, pelaku bisnis tidak perlu memikirkan modal untuk membangun dapur sendiri.

Konsep ini juga fokus dengan sistem jualan delivery saja. Brand makanan yang menjalankan bisnis dengan konsep ini tidak menyediakan tempat untuk dine in atau makan di tempat.

“Jadi kan zaman sekarang orang enggak hanya makan di restoran. Biasanya kan pesan di berbagai macam delivery platform. Jadi cloud kitchen digunakan untuk usaha yang fokus dengan layanan delivery saja,” tambah Bram.

Cloud kitchen dinilai Bram bisa memangkas biaya operasional untuk membuka bisnis makanan.

Sebab, pemain bisnis Food and Beverage (F&B) hanya membutuhkan dapur dan tidak perlu memikirkan tempat makannya.

Selain itu bisnis ini juga cocok dijalankan untuk pengusaha F&B yang baru memulai usahanya dengan modal minim.

Bram mengatakan jika hambatan sebenarnya saat membuka bisnis apapun adalah modal.

Namun, dengan konsep dapur bersama ini dinilai lebih hemat dan efisien, yang bisa memotong besarnya kebutuhan modal awal.

“Untuk yang punya modal minim, bisa menyewa dapur dari pemain cloud kitchen lainnya," jelas Bram. 

Ia menyebutkan sekarang banyak para pemain cloud kitchen yang menyewakan dapurnya..

Namun bukan hanya modal awal yang dibutuhkan. Bram menekankan, kalau bisnis makanan yang menggunakan konsep ini harus benar-benar menjual makanannya dengan rasa yang sangat enak.

Sebab, daya saing yang bisa ditonjolkan dari produknya adalah rasa makannya itu sendiri. Hal ini dilihat karena, cloud kitchen tak memiliki konsep restoran yang menjadi ciri khas.

Jika makanan yang dijual enak dan disukai konsumen, maka konsumen akan melakukan repeat order (pemesanan ulang) dan berpotensi menjadi langganan. 

Walaupun banyak keuntungan, ada beberapa hambatan saat menjalankan bisnis makanan dengan konsep cloud kitchen.

“Memang cloud kitchen jatuhnya akan lebih murah (modalnya), tapi keuntungan per-ordernya lebih kecil dibanding dengan konsep dine in,” paparnya.

“Lalu marketingnya juga susah ya karena kita jualannya di tengah ratusan ribu pemain lain yang sama-sama jualan di platform delivery,” jelas Bram.

Sementara untuk bisnis dengan konsep restoran atau dine in akan memiliki daya jual lain seperti tempat makan yang unik atau lokasi yang strategis.

“Selain itu kalau bisnis dengan konsep dine in keuntungan penjualan lebih besar karena enggak perlu bayar ke platform,” tambahnya.

Bram menambahkan jika kedua konsep tersebut sama-sama baik dan bisa dipilih sesuai kebutuhkan pelaku bisnis.

https://www.kompas.com/food/read/2020/12/23/130800575/seluk-beluk-cloud-kitchen-konsep-bisnis-makanan-untuk-yang-minim-modal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke