Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Orangtua Akui Manfaat Tes Masuk SD Tanpa Calistung dan MPLS 

Kompas.com - 26/08/2023, 09:03 WIB
Inang Sh ,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

Dyah mengatakan, sekolah mengundang pendongeng dengan boneka yang bercerita mengenai kisah seorang ayah yang mencari nafkah untuk anak bisa sekolah. 

Menurutnya, tema dongeng tersebut diberikan agar anak berpikir sendiri bahwa orangtua bekerja keras untuk anak bisa sekolah. 

“Itu sangat membekas sekali untuk anak saya. Ternyata, anak SD sudah bisa memiliki kematangan emosional. MPLS itu yang menjadi gongnya sehingga anak saya menjadi senang,” ujarnya.

Pada proses MPLS, Dyah juga merasakan bahwa sekolah berupaya membangun kolaborasi untuk bersama-sama menjadikan masa transisi sekolah menjadi mengasyikkan. 

Komunikasi mengenai perkembangan anak di sekolah terus diinformasikan guru pada orangtua, termasuk mengenai berbagai keperluan yang harus dilengkapi untuk proses belajar-mengajar di sekolah.

Baca juga: Kemendikbud: Sekolah Harus Jadi Tempat yang Aman dan Nyaman bagi Siswa

“Kami punya grup WA tersendiri untuk komunikasi dengan guru. Selama MPLS, diinformasikan untuk pakaian apa yang digunakan karena tidak diwajibkan untuk menggunakan pakaian seragam baru,” karanya. 

Dyah menyebutkan, informasi mengenai anak yang tiba-tiba menangis juga dikabarkan sehingga ada keterikatan emosional antara guru dan orangtua.

Signifikansi MPLS

Sebagaimana masa MPLS diterapkan di SD tempat anak Dyah bersekolah, penerapan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama juga menjadi perhatian SDN 2 Percontohan Blangkejeren di Kabupaten Gayo Lues, Aceh.

Salah satu guru di SDN 2 Percontohan Blangkejeren, Fitria Ratnawati, mengatakan, MPLS yang berlangsung dua minggu berdampak sangat baik bagi murid karena mereka tahu tentang kondisi sekolah secara keseluruhan. 

Menurutnya, MPLS sangat penting karena satuan sekolah dapat memfasilitasi anak serta orangtua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya.

Baca juga: Kemendikbud Terbitkan Peraturan Baru, Dorong Inklusivitas di Sekolah

Dengan demikian, peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam kegiatan belajar, sebagaimana target dari gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

Selain itu, kata Fitria, MPLS juga menjadi kesempatan baginya untuk menjalin silaturahmi dengan orangtua murid. 

“Bersilaturahmi dan bersinergi dengan orangtua membuat kami tahu apa yang akan kami berikan kepada murid-murid yang masih dalam masa transisi,” katanya.

Guru kelas 1 itu menyebutkan, pada masa MPLS, sekolah ingin menghadirkan kesan terbaik bagi murid sehingga mereka merasa SD sama menyenangkan dengan PAUD. 

Salah satu yang dilakukan sekolah adalah mengubah ruang kelas tanpa kursi sehingga penataannya menyerupai ruang kelas PAUD.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com