Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hery Wibowo
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Asa Mulia Dosen

Kompas.com - 27/05/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa dosen adalah pendidikan profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Jelas ini bukan amanah yang mudah. Sungguh sangat tidak mudah bagi dosen hari, dengan segala amanah jabatan dan administratifnya, untuk mampu menjadi soko guru pendidikan.

Di tengah banyak kasus korupsi dan manipulasi hari ini, pandangan masyarakat umum seakan kembali kepada kampus sebagai kawah candradimuka yang seyogianya mampu menghasilkan insan kamil profesional dan beradab baik.

Hal yang paling bijaksana adalah bahwa segala potensi kriminalitas dan kejahatan di kemudian hari, perlu dipikirkan langkah preventif dan pencegahannya sejak dini.

Maka dunia kampus adalah arena pembentukan kepribadian, penguatan nilai dan moral, selain kompentensi sesuai tuntutan industri.

Ramalan kebutuhan SDM masa depan

Studi yang dilakukan Trilling dan Fadel (2009) dalam (Daryanto & Karim, 2017) menunjukkan bahwa tamatan sekolah menengah, diploma dan perguruan tinggi masih kurang kompeten dalam hal:

a. Komunikasi lisan maupun tertulis
b. Berpikir kritis dan mengatasi masalah
c. Etika bekerja dan profesionalisme
d. Bekerja secara tim dan berkolaborasi
e. Bekerja di dalam kelompok yang berbeda
f. Menggunakan teknologi
g. Manajemen Proyek dan Kepemimpinan

Selanjutnya, Profesor Elen Galinsky (Kasali, 2019) menjelaskan bahwa untuk sukses di masa depan, maka dibutuhkan serangkaian hal berikut; fokus dan kendali diri, kemampuan menempatkan perspektif, komunikasi, membuat jaringan/hubungan, berpikir kritis, siap menghadapi tantangan, mampu mengarahkan dirinya sendiri serta pembelajaran yang melekat.

Pada daftar tersebut tidak tercantum hal-hal yang berbau spiritual, seperti keyakinan anak terhadap agamanya, bergantungnya anak pada Sang Penciptanya dan lain-lain.

Sehingga timbul kekawatiran, para lulusan perguruan tinggi akan tumbuh menjadi sekrup dan mesin di dalam derap revolusi industri, alih-alih tumbuh menjadi insan yang memikirkan kesejahteraan sosial lingkungan sekitarnya.

Muncul kecemasan bahwa mereka, karena kecerdasannya, justru menjadi monster pengeruk dana negara/perusahaan/sumber daya alam.

Alih-alih punya dorongan untuk bermanfaat bagi sesama dan bangsa, malah justru berlomba menambah kekayaan.

Harapan kepada dosen

Terbersit harapan, bahwa dosen, baik pengajar sarjana maupun pascasarjana, mampu membangun generasi yang tidak hanya bervisi dunia (mengejar status, jabatan, kekayaan, posisi dll), namun juga punya misi akhirat.

Sekilas tugas ini tampak mustahil. Namun demikian, sebenarnya tidak mustahil dilakukan.

Kabar baiknya adalah sejatinya setiap manusia terlahir dengan membawa fitrah kebaikan. Manusia mulai hidup di dunia dengan benih-benih kebaikan yang perlu dipupuk dan dirawat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com