Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andaru Psikologi Untar
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Kolom bincang masalah mahasiswa bersama Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

Andaru memiliki makna yang sarat akan kebahagiaan. Kolom ini mengajak pembaca membahas masalah seputar kehidupan mahasiswa, baik terkait akademik maupun non-akademik.

Bagi pembaca yang ingin berkonsultasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Pusat Bimbingan & Konsultasi Psikologi (PBKP) Untar melalui kontak: 081292926276, email layanan: konsul.psikologi@untar.ac.id

Fakultas Psikologi Untar memiliki program sarjana, magister, dan profesi.

Lokasi: Jl. Letjen S. Parman No.1, Jakarta Barat. Website: http://untar.ac.id

4 Faktor yang Buat Anak Jadi Pencuri

Kompas.com - 20/11/2022, 19:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Dian Ihsan

Ketika anak belum atau kurang memahami norma yang ada di lingkungan sosial, maka dia akan kesulitan untuk mengetahui dan membedakan perilaku yang baik atau buruk.

Kurangnya pemahaman norma juga dapat membuat seorang anak melakukan pencurian karena anak tidak memahami bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang salah.

Kemudian, anak juga perlu diberikan konsekuensi yang konsisten apabila melakukan pelanggaran, termasuk ketika melakukan pencurian (Astuti, 2011).

Baca juga: Presiden Prancis Jalan Kaki di Bali, Pakar UNS: Bukti Indonesia Aman

Tidak jarang orangtua membiarkan perilaku tersebut dan memaklumi anaknya, karena merasa bahwa anak belum paham mengenai apa yang dilakukannya.

Namun demikian, anak perlu belajar dan mengetahui norma dan aturan yang ada.

Apabila anak tidak diberikan konsekuensi yang konsisten atau bahkan dibiarkan saja, maka anak tidak memahami bahwa perbuatannya itu salah dan akan mengulangi perbuatannya lagi.

Terdapat beberapa konsekuensi yang dapat diberikan kepada anak ketika mecuri, seperti meminta maaf kepada orang yang barangnya dicuri, mengembalikan barang tersebut, serta memberikan pemahaman kepada anak bahwa ia tidak boleh mengambil barang orang lain tanpa izin.

Anak juga dapat diberikan konsekuensi dengan segala hal yang pernah dilakukannya, seperti saat mencuri.

3. Meniru orang lain

Berdasarkan teori belajar sosial (Bandura dalam Feist, Feist, & Roberts, 2013), anak dapat belajar dengan mengamati, mengingat, dan meniru perilaku maupun sikap orang lain.

Anak yang dibesarkan pada lingkungan yang banyak melakukan perilaku mencuri, ataupun melihat tontonan terkait pencurian, maka anak juga dapat mempelajari perilaku tersebut dan menirunya (Wulandari, 2014).

Baca juga: Politeknik Negeri Lhokseumawe Resmi Miliki 1 Guru Besar

Anak juga dapat terus melakukan perilaku yang ditirunya, karena anak mendapatkan kesenangan setelah melakukan perilaku tersebut, misalnya seperti merasa senang karena bisa membeli jajanan setelah mencuri.

Oleh karena itu, penting juga untuk mengetahui lingkungan sekitar anak dalam masa pertumbuhannya.

4. Kontrol diri

Kemampuan kontrol diri pada anak juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perilaku mencuri (Karlina, 2020).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com