Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Ke Mana Arah Proyek Pendidikan Generasi Muda?

Kompas.com - 27/09/2022, 11:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Sudah lebih dari satu bulan Indonesia berulang tahun ke-77. Dibandingkan negara lain, memang tergolong muda. Indonesia juga masih dalam tahap proses mewujudkan kemanusiaan yang dicita-citakan.

Lantas, bagaimana dengan generasi muda yang menghidupinya?

Muhammad Faisal, Founder Youth Laboratory Indonesia, memaparkan pemikirannya terkait generasi muda dalam siniar BEGINU bertajuk “Doktoral Muda dan Eksperimen Generasi Muda” di Spotify.

Salah satu hal yang patut dibanggakan adalah generasi muda kita kali ini mulai sadar atas negara bukanlah pemerintah, melainkan masyarakat.

Perilaku ini sesuai dengan pemikiran humanisme yang menekankan rasa kemanusiaan dan mampu berkontribusi terhadap kehidupan yang damai, sejahtera, dan penuh sukacita.

Akan tetapi, jangan sampai pemikiran itu sebatas “kebenaran” yang dielu-elukan. Jika demikian, bukan tidak mungkin generasi muda akan terjebak pada dunning-kruger effect, yaitu bias kognitif yang menyebabkan kurangnya kesadaran diri menilai secara akurat kemampuan.

Sederhananya, seseorang akan bertindak atau berperilaku seakan-akan dirinyalah yang paling menguasai bidang tersebut.

Akan tetapi, generasi muda masih berada pada tahap pendewasaan dan pencarian jati diri sehingga kerap kali melakukan kesalahan. Itu sebabnya, mereka butuh dukungan keluarga, lingkungan, dan pemerintah.

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Kuliner di Indonesia yang Wajib Dicoba

Namun, bagaimana bila akhirnya generasi muda hanya menjadi proyek pemangku kekuasaan? Tentu, hal ini akan menjadi masalah karena kebebasan dan perkembangan kognitifnya menjadi tidak optimal.

Berubahnya Sistem Pendidikan

Agenda utama pemerintahan Jokowi adalah reformasi ekonomi dengan semboyannya “Kerja, Kerja, Kerja!”.

Apakah hal ini yang menyebabkan program Mereka Belajar dicanangkan? Salah satu perwujudan dari Merdeka Belajar adalah kemunculan Program Magang Merdeka yang merebut SKS mata kuliah dan menyebabkan kurikulum dipadatkan.

Contohnya, mata kuliah yang seharusnya independen menjadi tergabung dengan mata kuliah lain yang pada proses belajarnya tidak optimal. Karena pembelajaran yang tidak mendalam.

Selain itu, untuk tahun 2023 Kemdikbud Ristek resmi mengubah aturan dan nama Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), menjadi Seleksi Nasional Berdasarkan Tes.

Namun, bukan perihal nama yang kiranya perlu ditilik kembali, melainkan dihapusnya tes mata pelajaran atau Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang menyebabkan hanya ada Tes Potensi Skolastik (TPS).

Alasan dihapuskannya TKA adalah Nadiem Makarim merasa bahwa siswa dan guru terbebani dengan materi belajar yang terlampau banyak dan terfokus hanya pada pelajaran tertentu.

Menurutnya, hal ini berdampak pada orangtua yang mendaftarkan anaknya pada bimbingan belajar. Oleh sebab itu, para murid yang tidak mengikuti bimbingan belajar semakin mengecil untuk berkesempatan kuliah di perguruan tinggi negeri.

Kekuasaan atas Pengetahuan

Habis gelap terbitlah terang. Kalimat itu merepresentasikan konsep perjuangan Kartini agar perempuan mendapatkan pendidikan dan berkehidupan selayak-layaknya.

Sekarang, sudah bukan sesuatu yang tabu apabila perempuan memiliki karier dan dapat mengaktualisasikan dirinya setinggi mungkin.

Akan tetapi, bukan tidak mungkin juga bila pengetahuan dikuasai dan dicanangkan sesuai keinginan pemangku kebijakan yang objeknya adalah generasi muda.

Baca juga: Hoaks, Politik Identitas, dan Propaganda di Era Demokrasi

Hal ini selaras dengan konsep hegemoni Gramsci yang mengungkapkan bahwa kekuasaan atas pengetahuan dapat membentuk cara berpikir generasi muda.

Konsep hegemoni inilah yang dikhawatirkan oleh Plato jauh sebelum Indonesia merdeka. Dia mengalegorikan manusia yang tidak mendapat pendidikan dengan orang-orang gua yang takut akan cahaya karena terlalu lama dalam kegelapan.

Akankah generasi muda demikian? Jelas, waktu yang akan menjawab dan semoga saja tidak. Karena pastinya, pemerintah tidak mungkin membuat program tanpa rencana matang.

Akan tetapi, kita sebagai masyarakat penting untuk terus berpikir kritis sehingga tidak hidup layaknya orang-orang di gua.

Masih banyak informasi perihal generasi muda dari Muhammad Faisal. Simak obrolan lengkapnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Doktoral Muda dan Eksperimen Generasi Muda” di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com