KOMPAS.com - Indonesia yang dikenal negara bahari dan kepulauan ini tetap mempertahankan warisan leluhur yakni perahu atau kapal tradisional.
Hal itu dapat dilihat masih banyaknya nelayan yang menggunakan kapal berbahan kayu untuk menangkap ikan di lautan.
Terkait hal itu, salah satu perguruan tinggi yakni Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) membuat kapal berbahan kayu tetapi dioperasikan secara modern.
Perguruan tinggi berbasis pendidikan vokasi ini merupakan satu-satunya politeknik yang berfokus pada bidang maritim teknologi perkapalan serta teknologi penunjangnya.
Baca juga: Ini Cerita Mahasiswi Unej Jadi Laskar Rempah, Bisa Naik Kapal Latih TNI AL
Menurut Direktur PPNS, Eko Julianto, untuk menghasilkan SDM kompeten dan berdaya saing internasional, PPNS melakukan link and match, teaching factory, maupun teaching industry.
"Saat ini PPNS dapat menghasilkan kapal kecil maupun menengah, namun teknologinya dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Jadi, tidak hanya untuk kebutuhan di laut," ujarnya dikutip dari laman Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Sabtu (10/9/2022).
Kini, PPNS sedang mengembangkan kapal tradisional berbahan kayu, terkait dengan dukungan terhadap program Jalur Rempah.
Bertitel “Revitalisasi Jalur Rempah” program Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek ini merupakan bagian dari upaya untuk menguatkan budaya bahari Indonesia.
Program ini dilakukan dengan penanaman kembali berbagai jenis rempah, mengaktifkan kembali pelabuhan-pelabuhan bersejarah, serta revitalisasi kapal.
Melalui program ini, PPNS diberi kesempatan untuk membangun kapal bersejarah yang pernah membuat Indonesia jaya pada masanya, yaitu Pentjalang.
Kapal ini merupakan kapal dagang tradisional nusantara atau dalam sejarah disebut sebagai pantchiallang atau pantjalang.
Baca juga: ITS Kembangkan Kapal Tanpa Awak, Mampu Menyelam 100 Meter
Adapun proyek ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melalui penyaluran bantuan operasional Matching Fund (MF) tahap kedua tahun 2022.
Dijelaskan, kapal yang bakal mengarungi pelayaran jalur rempah ini memiliki panjang 11,02 meter, panjang garis air 11,16 meter, tinggi 1,5 meter, dan lebar 4 meter. Kecepatan yang dimiliki berkisar 10 knot dengan daya angkut berkapasitas 4 orang.
Kabarnya, kapal tradisional kreasi PPNS ini bakal hadir pada acara puncak pertemuan negara-negara perekonomian besar dunia, yakni KTT G20 di Bali pada November 2022 mendatang.
Meski mengusung revitalisasi pembangunan kapal ikan tradisional, namun kapal dioperasikan secara modern. "Plus, dengan tetap mengedepankan warisan budaya kita," tutur Eko.