Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Salamun, M.Pd.I
Dosen di STIT Pringsewu

Dosen tetap di STIT Pringsewu Lampung, Alumni program Doktor UIN Raden Intan Lampung

Pendidikan Nasional Tanpa Tanggung Jawab

Kompas.com - 01/09/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kualifikasi berkebinekaan global membangun kesadaran bahwa pluralitas atau kemajemukan adalah sebuah keniscayaan.

Implikasinya adalah kesadaran tidak boleh ada superioritas dan inferioritas, baik secara personal individual maupun sosial komunal.

Ya, tidak boleh ada tirani mayoritas terhadap minoritas karena pada hakikatnya kemajemukan itu adalah sunnatullah, sudah merupakan ketentuan dan sekaligus karunia dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.

Karena menyadari kemajemukan (berkebinekaan global) adalah sebuah keniscayaan, maka seluruh umat manusia hendaknya bersikap demokratis.

Sikap menghargai kebebasan hak-hak orang lain tanpa memaksakan produk pemikirannya kepada orang lain sebagai sesuatu yang paling benar.

Sedangkan tanggung jawab menjadi kualifikasi kemanusiaan yang sangat penting setidaknya dapat dilihat dari dua aspek.

Pertama, tanggung jawab kepada pribadi masing-masing. Tanggung jawab ini merupakan sesuatu yang mendasar. Seseorang hendaknya belajar bertanggung jawab terhadap dirinya dalam banyak hal.

Tanggung jawab akan masa depannya. Tidak ada orang yang lebih bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupannya kecuali dirinya sendiri dengan penuh kesadaran (mindfulness).

Bahwa kemudian ada orangtua, guru, dosen, ustadz, kiai bahkan negara juga memiliki tanggung jawab atas masa depan seluruh anak bangsa karena merupakan amanah konstitusi sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tanggung jawab pribadi atau personal juga diwujudkan dengan belajar mempertanggungjawabkan pilihan, keputusan dan segala tindakannya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik dalam konteks kehidupan nyata sehari-hari maupun dalam kehidupan dunia maya (media sosial dan semacamnya).

Kedua, tanggung jawab yang lebih besar lagi ialah tanggung jawab secara sosial dan tanggung jawab terhadap negaranya.

Tanggung jawab sosial dan tanggung jawab atas negaranya tidak saja memiliki kewajiban membela kedaulatan bangsanya di mata internasional, namun juga harus berani mengambil tanggung jawab akan masa depan bangsanya.

Seorang pelajar dengan profil pelajar Pancasila hendaknya membekali diri dengan berbagai skill dan keterampilan yang tidak saja bermanfaat untuk dirinya, tapi juga bermanfaat untuk bangsa dan negaranya kedepan.

Seorang pelajar dengan kualifikasi pelajar Pancasila tidak boleh bersikap masa bodoh atas apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan bangsanya.

Berbagai ketidakadilan dan ketimpangan sosial lainnya hendaknya menjadi perhatian pelajar dan warga negara Pancasila.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com